Desa Tanon Dijuluki Desa Menari
Selasa, 30 Oktober 2018 Arie Widiarto

GETASAN, AYOSEMARANG.COM--Masyarakat yang tinggal di desa wisata didorong untuk menampilkan kesenian khas desa setempat. Hal itu penting supaya desa juga memiliki kekhasan seni tersendiri sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan.
Dosen Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik) Universitas Negeri Semarang (Unnes) Lesa Paranti mengungkapkan, tren desa wisata yang semakin potensial membuat kesenian rakyat harus beradaptasi dengan kebutuhan wisata, hingga akhirnya seni kerakyatan bisa berfungsi sebagai seni wisata. Untuk itu, melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat, ia memberikan pelatihan kepada masyarakat di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Getasan, Kabupaten Semarang.
"Potensi seni yang ada di sini adalah tari kerakyatan, yang meliputi Tari Topeng Ayu, Warok Bocah, dan Geculan Bocah. Tarian tersebut merupakan hasil masyarakat mengenal seni secara otodidak. Mereka melihat dan mengadopsi kesenian yang ada di sekitar wilayahnya," ujar Lesa saat memberi pelatihan di desa tersebut, baru-baru ini.
Beberapa tahun belakangan, Dusun Tanon sering dijuluki sebagai Desa Menari karena warga desa menjadikan kesenian tari sebagai ikon wisata.
Lesa menuturkan Tari Topeng Ayu menjadi satu-satunya tarian selamat datang (welcome dance) di Tanon. Namun, selama ini warga merasa kesulitan untuk mengembangkannya, termasuk membuat tarian yang baru dan khas. Lesa kemudian memberikan pelatihan untuk membuat tarian baru, yaitu Tari Lembu Tanon. Tarian ini mengekspresikan potensi dan aktivitas masyarakat Dusun Tanon sebagai peternak sapi.
Tarian ini ditujukan untuk anak laki-laki yang berperan sebagai lembu dan penggembala, serta anak perempuan sebagai pemerah susu sapi.
"Pelatihan dimulai dari pemanasan, pelatihan gerak dasar, dan pelatihan gerak tari Lembu Tanon," ujarnya.
Pelatihan diselenggarakan pada Sabtu malam dan diikuti oleh belasan remaja. Mereka nampak antusias dan cepat menirukan gerakan yang dilatih. Ke depan, Tari Lembu Tanon bisa menjadi salah satu referensi dalam menyambut kunjungan wisata.
Sutrisno, tokoh masyarakat desa setempat, mengatakan, sebelumnya pihaknya telah mengajukan permohonan sebagai desa mitra untuk program kuliah kerja nyata kepada Unnes. Pelatihan ini menjadi langkah awal sebelum mahasiswa KKN diterjunkan oleh pihak kampus pada akhir September ini. Sutrisno berharap agar pelatihan dan kerja sama terus berlanjut, sebagai upaya memberdayakan warga dan mengelola Dusun Tanon.
Namun, menurut Sutrino, pemberdayaan warga mesti dilakukan secara berkesinambungan. Pihaknya membuka diri bagi pihak-pihak yang ingin memberdayakan desa agar potensinya tergali secara optimal. Di sisi lain, pemberdayaan bermanfaat supaya para pemuda mengisi waktu dengan aktivitas positif dan tidak terjerumus pada perilaku negatif.
Editor: Andres Fatubun