Kelurahan Tingkir Lor, Tempat Masa Kecil Joko Tingkir
Rabu, 31 Oktober 2018 Arie Widiarto

AYO BACA : Pemkot Semarang Ingin Jual Obligasi
SALATIGA, AYOSEMARANG.COM--Salah satu kecamatan di Kota Salatiga terdapat kecamatan yang bernama Tingkir. Di wilayah kecamatan Tingkir ini, ada dua kelurahan yang menggunakan nama Tingkir masing-masing Kelurahan Tingkir Lor dan Tingkir Tengah.
Penamaan Tingkir, konon ada kaitannya dengan kisah legenda tokoh yang pernah menjadi raja di Pajang yaitu Joko Tingkir alias Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya. Konon saat muda, Sultan Hadiwijaya ini menghabiskan waktunya di daerah Salatiga tepatnya di Kecamatan Tingkir.
Menurut cerita dari tokoh masyarakat setempat Syarifudin, Joko Tingkir adalah murid kesayangan Sunan Kalijaga. Waktu lahir, Joko Tingkir ini sebenarnya perempuan, tetapi oleh Sunan Kalijaga disulap menjadi laki-laki.
''Sebab pada waktu Joko Tingkir dalam kandungan, ibunya yang bernama Nyi Ageng Kebo Kenongo, Sunan Kalijaga sudah meramalkan, bahwa anak yang akan lahir itu kelak akan menjadi raja di tanah Jawa,'' jelasnya.
Tetapi, ternyata setelah lahir bayinya perempuan. Ayah Joko Tingkir pun marah kepada Sunan Kalijogo karena ramalannya tidak terbukti. Sebab untuk menjadi raja tentunya harus laki-laki.
Sunan Kalijogo pun meyakinkan bahwa bayinya itu laki-laki meski secara fisik perempuan. Karena Sunan Kalijogo mengubah alat kelaminnya yang diambilkan dari dari pucuk kendi atau istilahnya karebet.
Maka masa muda Joko Tingkir itu juga dikenal dengan sebutan Mas Karebet. Fisiknya tinggi berkulit putih seperti perempuan, tetapi sejatinya laki-laki.
Sejak kecil, Mas Karebet sudah ditinggal mati ayahnya. Maka ibundanyalah yang memeliharanya. Pada umur belasan tahun, Mas Karebet berulah sehingga membuat marah ibunya.
Maka ibunya melempar dengan sebuah batang dari besi sebesar telunjuk jari yang sehari-hari untuk menumbuk sirih buat nginang. Batang besi sepanjang belasan senti meter itu dinamakan "sadak kinang".
Dilempar sadak kinang, Mas Karebat lari ke hutan untuk bertapa sambil membawa sadak kinang itu. Dia berfikir dan berdoa memohon kepada tuhan bagamaimana cara memberdayakan sadak kinang yang dilemparkan ibunya itu menjadi berguna. Akhirnya permohonannya dikabulkan oleh Tuhan dan sadak kinang menjadi senjata andalan dirinya.
Beberapa tahun kemudian, senjata andalannya pun dapat dibuktikan ketika melawan preman sakti mandraguna yang dipelihara Kasultanan Demak yang bernama Dadung Awuk. Dadung Awuk meninggal di tangan Joko Tingkir dengan senjata sadak kinang yang dilemparkannya. Dadung Awuk hendak mengadang saat Joko Tingkir ingin melamar menjadi prajurit Kesultanan Demak.
Dalam perkembangan waktu, dengan kesaktiannya, Joko Tingkir berhasil menguasai kerajaan Demak dan menjadi raja. Kemudian memindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang (Surakarta) dan Joko Tingkir menjadi raja Pajang.
Cerita tentang Mas Karebet atau Joko Tingkir, hingga saat ini masih terpelihara dengan baik di kalangan masyarakat Salatiga khususnya Tingkir Lor. Batu tempat Mas Karebet bersemedi konon masih ada tetapi sayangnya berada di dalam masjid Sanggrahan Tingkir Lor.
"Masyarakat Tingkir Lor masih ada kepercayaan tidak akan menggelar pentas kethoprak dengan lakon Joko Tingkir. Konon pada tahun 1950-an pernah terjadi pentas kesenian kethoprak dengan lakon Joko Tingkir, dan pemeran Joko Tingkir kemudian kesurupan. Sang pemeran pun keluar arena pentas dengan mengeluarkan senjata dan menyayat tangannya dengan senjatanya. Akhirnya pentas dihentikan karena terjadi keributan itu," kata Sarifudin.
AYO BACA : Soal Upah 2019, Kabupaten/Kota Boleh Usulkan UMK Melebihi PP
Editor: Rizma Riyandi