Bahayakah Pakai Masker saat Olahraga? Begini Penjelasan Ahli
Rabu, 22 Juli 2020 Adib Auliawan Herlambang

SEMATANG SELATAN, AYOSEMARANG.COM -- Sudah kurang lebih 5 bulan semenjak virus corona mewabah di Indonesia, kamu pasti merasa jenuh dan ingin beraktivitas kembali dengan normal. Terutama bagi kamu yang rutin berolahraga di luar ruangan, pastinya ingin menjajaki tempat olahraga sesegera mungkin.
Beberapa tempat olahraga, seperti gym, stadion, GOR, atau taman kota sudah mulai dibuka untuk umum. Bahkan kegiatan Car Free Day juga sempat diselenggarakan kembali.
Banyak masyarakat yang memanfaatkan fasilitas umum tersebut untuk sekadar jalan-jalan ringan, lari, atau bersepeda.
Dalam protokol kesehatan yang dirilis oleh Kemenkes RI, ketika berolahraga masyarakat tetap dianjurkan untuk menjaga jarak aman, yaitu 2 meter untuk olahraga di tempat dengan posisi sejajar, 5 meter untuk jalan kaki, 10 meter untuk berlari, dan 20 meter untuk bersepeda.
Selain itu, protokol tersebut juga menganjurkan masyarakat tetap menggunakan masker ketika olahraga untuk mengurangi risiko penularan virus.
Anjuran pemakaian masker ketika olahraga menuai pro dan kontra. Salah satunya kemarin sempat ramai setelah salah satu musisi terkenal di Indonesia, Anji, yang mengatakan memakai masker ketika olahraga sangat berbahaya di laman Twitter-nya.
Dia merespons sebuah kasus ketika seseorang meninggal dunia ketika berolahraga menggunakan masker.
Cuitannya tersebut menuai banyak respons dari khalayak. Ada yang setuju, ada juga yang membantah karena sudah seharusnya kita menahan penyebaran virus menggunakan masker ketika berada di tempat umum.
Lalu apakah benar olahraga menggunakan masker berbahaya dalam pandangan ahli?
AYO BACA : 7 Aturan Pakai Masker yang Perlu Dipatuhi
Ketika berolahraga, laju detak jantung dan pernapasan meningkat intensitasnya. Hal tersebut semakin meningkat ketika kita berolahraga menggunakan masker.
Dilansir dari New York Times, Presiden American Council on Exercise dr Cedric Bryant mengatakan, sesuai pengalaman pribadinya bahwa tingkat detak jantung lebih tinggi pada intensitas relatif ketika berolahraga menggunakan masker.
“Anda harus mengantisipasi bahwa itu akan sekitar delapan hingga 10 denyut lebih tinggi per menit,” ujarnya.
Namun hal tersebut tidak terlalu signifikan efeknya untuk olahraga ringan, seperti berjalan santai, beda halnya dengan olahraga berat.
Dilansir dari The Conversation, kamu akan menemui kesulitan ketika memakai masker untuk olahraga berat yang butuh untuk menghirup udara dengan kecepatan sekitar 40-100 liter per menit seperti sepak bola atau rugby.
Selain itu, ketika olahraga berat otot kita mengeluarkan senyawa asam laktat yang kemudian dikeluarkan oleh tubuh menjadi karbon dioksida. Ketika kita menggunakan masker, karbon dioksida akan kita hirup kembali terus menerus dan akan meningkatkan laju pernapasan.
Menurut Lindsay Bottom, ahli olahraga dan kesehatan fisiologi Universitas Hertfordshire, setelah melakukan eksperimen berlari di treadmill menggunakan masker, ia menyimpulkan level konsentrasi oksigen turun menjadi 17%, dari total 21% konsentrasi oksigen di atmosfer di permukaan laut.
Tingkat paparan karbon dioksida juga meningkat ketika olahraga menggunakan masker. Bottom mengatakan, tingkatnya menjadi 3% ketika dia memakai masker.
Padahal anjuran UK Health and Safety Executive, lembaga pemerintah Inggris yang bertanggung jawab untuk pengaturan dan penegakan keselamatan di tempat kerja, seorang pekerja tidak boleh terpapar 1,5% karbon dioksida selama lebih dari 15 menit.
Berdasarkan pernyataan ahli tersebut, kamu tidak dianjurkan untuk berolahraga berat menggunakan masker, apalagi jika kamu memiliki penyakit bawaan seperti penyakit jantung atau gangguan pernapasan.
AYO BACA : Warga Kediri Temukan Ribuan Pil Koplo Berceceran di Jalanan
Namun, hal tersebut bisa diminimalisasi dampaknya. Pertama, kamu bisa memilih masker yang tepat untuk berolahraga.
Menurut Christa Janse van Rensburg, seorang profesor ilmu olahraga di Universitas Pretoria Afrika Selatan, ketidaknyamanan dan risiko semacam itu mungkin dapat diminimalisasi dengan pemilihan masker yang tepat dan sesuai.
Hindari masker bedah untuk olahraga karena cepat menjadi basah ketika kamu bernapas dengan intensitas tinggi dan akhirnya masker tidak bisa melindungi kamu sepenuhnya dari virus. Selain itu, masker kain katun juga mudah lembap.
Masker kain yang terbuat dari bahan sintetis bisa mengurangi penumpukan kelembaban. Pilih model yang memiliki dua lapis kain atau kurang, untuk menghindari overheating wajah dan tandan kain yang mungkin dapat membatasi pernapasan.
Lalu biasakan untuk membawa ekstra masker jika kamu akan berolahraga selama lebih dari 30 menit, kata Bryant, karena seperti yang dikatakan Rensburg, masker bisa mudah basah oleh keringat dan napasmu.
Selain itu perlu diingat untuk tidak boleh menyentuh bagian depan masker yang digunakan, karena kamu bisa bersentuhan langsung dengan partikel virus, dan setelah dilepaskan, bungkus atau buang dengan hati-hati.
Intinya, menurut Bryant, jika kamu tetap ingin berolahraga di tempat terbuka atau fasilitas umum yang ramai orang, jangan sungkan lagi untuk memakai masker.
Mengenakan masker juga sangat penting jika kamu berolahraga di dalam ruangan, seperti gym, di mana sirkulasi udara lebih kecil kemungkinannya untuk mengurangi penyebaran dan terkena paparan virus.
Kedua, hindari olahraga berat dan dalam jangka waktu yang lama. Kamu akan cepat lelah, sulit bernapas, dan pusing jika berlama-lama memakai masker karena kurangnya akses oksigen. Pilihlah olahraga ringan yang tidak melibatkan interaksi dengan orang lain, seperti berjalan, jogging, atau bersepeda ringan.
Tetap patuhi protokol kesehatan, selain menggunakan masker, juga jaga jarak aman dan hindari pemakaian peralatan olahraga bersama-sama dengan orang lain. Jika tidak, kamu juga tetap bisa berolahraga di dalam rumah.
Masih banyak alternatif olahraga di rumah, seperti yoga, fitness, atau mungkin bersepeda indoor. Kamu tetap bisa sehat dan bugar tanpa mengambil risiko terkena paparan virus di tempat umum. (Fariza Rizky Ananda)
AYO BACA : Jangan Turunkan Masker ke Bawah Dagu
Editor: Adib Auliawan Herlambang