Tanam Budaya Literasi Sejak Dini Selama Pandemi
Selasa, 25 Agustus 2020 Adib Auliawan Herlambang

AYOSEMARANG.COM -- Informasi dari beberapa media terkait pandemi Covid-19 belum kunjung usai hingga saat ini. Hal tersebut menjadikan masyarakat seakan bosan dan jenuh dengan kondisi yang terus menerus diselimuti pandemi.
Berbagai media gencar menyampaikan informasi berita selama pandemi, sudah seharusnya sebagai masyarakat wajib menyaring informasi, agar tak termakan berita hoax yang bertebaran. Kenyataannya, tak sedikit masyarakat masih menelan mentah-mentah berita yang didapat dan percaya begitu saja, banyak pula yang memilih mengabaikan berita penting saat ini.
Hal ini disebabkan oleh kesadaran literasi dimasyarakat yang masih sangat minim, sehingga hal ini berpengaruh pada potensi pengembangan literasi anak dilingkungan masyarakat, yang mana kebiasaan tersebut merupakan hal yang tak baik jika terus berkelanjutan.
Kesadaran literasi sangat dibutuhkan saat ini, terutama dalam menghadapi situasi yang mengancam manusia selama pandemi. Kurangnya literasi masyarakat Indonesia, menambah buruknya situasi saat ini.
Hal ini dibuktikan dengan masyarakat yang mulai acuh tak acuh dengan keadaan sekitar, seperti halnya tidak memakai masker, jaga jarak dan rajin cuci tangan untuk mencegah terjangkitnya covid-19 selama pandemi. Fakta tersebut menjadi bukti bahwasanya masyarakat Indonesia masih minim akan kesadaran literasi, terutama literasi terhadap kondisi saat ini.
Data lain terkait minimnya kesadaran literasi di Indonesia dibuktikan dengan adanya hasil studi Program for International Student Assesment (PISA) yang diselenggarakan tiap tiga tahun sekali. Program tersebut bertujuan untuk mengukur kualitas hasil pendidikan dari berbagai negara telah dirilis pada 2018 lalu.
Hasil menunjukkan kemampuan membaca anak Indonesia adalah yang terendah dari kemampuan bidang matematika dan sains. Nilai kemampuan membaca menunjukkan skor 371 (tiga ratus tujuh puluh satu), tertinggal 116 poin dari rata-rata Negara lain yaitu skor 487 (empat ratus delapan puluh tujuh). Ditinjau dari hasil skor tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca seharusnya mendapat perhatian lebih. Pemerintah bersama-sama melakukan program peningkatan kemampuan membaca yang didukung oleh setiap lapisan masyarakat. (Mahbudin, 13 Juli 2020).
Selain itu, dukungan program literasi dari pemerintah yang telah dicanangkan sejak 2016, masih sangat perlu evaluasi untuk menjadi program berkelanjutan yang lebih baik lagi. Pembentukan program tersebut adalah Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang terdiri dari Gerakan Literasi Sekolah (GLS), Gerakan Literasi Keluarga, dan Gerakan Literasi Masyarkat (Indeks Aktivitas Literasi Membaca, 2019).
Mahbudin (2020) mengemukakan gagasannya terkait literasi Indonesia, yakni: 1) pemerintah telah serius dalam membangun budaya literasi Indonesia, 2) pemerintah belum maksimal mengawal berbagai regulasi terkait gerakan literasi bangsa ini, padahal pemerintah berhak menjatuhkan sanksi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku terhadap instansi yang tidak melaksanakan program pemerintah, 3) pemerintah membutuhkan peran serta para pemangku kebijakan, pegiat literasi dan masyarakat umum untuk berkolaborasi mensukseskan program mencerdaskan kehidupan bangsa ini.
Jika gerakan literasi tidak segera dikawal dengan program berkesinambungan dan berkelanjutan, maka bisa dipastikan kesadaran literasi bangsa Indonesia akan semakin tertinggal dengan negara-negara lain.
Selain faktor regulasi yang belum maksimal, faktor sarana dan prasarana yang mendukung gerakan literasi perlu adanya fasilitas hingga ke pelosok negri. Hal ini dibutuhkan peran yang utuh untuk mendukung program gerakan literasi tersebut dari seluruh lapisan masyarakat, sekolah, pegiat literasi hingga kebijakan pemerintah.
Budaya Literasi Sejak Dini
Kemampuan Literasi merupakan kemampuan berpikir, memproses informasi dan membaca situasi yang diaplikasikan sesuai disiplin ilmu. Bukan sekedar membaca dan mengeja, tetapi membaca yang diartikan dengan mampu menganalisa, mengaktifkan penalaran dan memecahkan masalah secara kompleks. Hal ini diperlukan pembiasaan kegiatan literasi untuk menciptakan budaya literasi yang utuh.
Literasi adalah potensi yang dapat dikembangkan secara optimal sejak dini dan bukan bawaan lahir. Maka perlu adanya langkah-langkah untuk mendukung budaya literasi sejak dini. Pertama, pembiasaan aktivitas literasi dilingkup keluarga, sebagai orangtua harus menjadi contoh bagi anaknya untuk mencintai aktivitas literasi.
Keluarga diharapkan menyediakan sarana yang mendukung berkembangnya literasi anak, misalnya menyediakan buku-buku cerita dan mendongeng sebelum anak tidur. Selain itu orangtua disarankan untuk berkomunikasi secara efektif, libatkan dan mengajak diskusi dengan anak akan mengoptimalkan proses pengembangan literasi.
Kedua, peningkatan potensi literasi melalui lingkungan sekolah dan masyarakat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mendukung dan memfasilitasi secara penuh terhapap aktivitas literasi. Para pendidik dan pegiat literasi sangat berperan penting dalam mendukung gerakan literasi.
Hal yang perlu dilakukan yaitu membiasakan anak sebelum dimulai proses pembelajaran untuk memperoleh kesempatan membaca buku, mengamati lalu menggambar buku tersebut dalam kertas.
Hal tersebut merupakan salah satu cara anak untuk memperoleh pengalaman, sehingga apa yang anak amati dapat meningkatkan kreativitas dan mengembangkan imajinasi anak. Dengan demikian kegiatan literasi tersebut dapat melahirkan gagasan atau ide yang dapat dituangkan anak dalam memecahkan masalah yang dijumpai saat itu.
Dalam lingkungan masyarakat, mengadakan kegiatan literasi yang didukung seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah desa sekaligus pegiat literasi. Selanjutnya pemerintah pusat menghimbau untuk mengadakan aktivitas yang mendukung gerakan literasi di setiap daerah, hal ini dimaksudkan agar masyarakat melakukan sinergi.
Ketiga, para pemangku kebijakan di pemerintahan dengan tegas mengeluarkan kebijakan untuk mensukseskan program Gerakan Literasi Nasional (GLN). Selain itu, pemerintah perlu menyediakan fasilitas sarana prasarana yang mendukung pengembangan potensi literasi anak Indonesia hingga ke pelosok negri. Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan literasi pada anak sekaligus menjadi tonggak kesadaran literasi bagi masyarakat.
Menanamkan literasi sejak dini berarti langkah terdepan untuk memajukan generasi Indonesia. Sebab, tidak mungkin kesadaran literasi masyarakat akan lebih baik tanpa dimulai dari generasi anak usia dini. Seperti kondisi saat ini selama pandemi yang melaksanakan pembelajaran dirumah, langkah pertama dimulai dari keluarga dapat diterapkan saat ini untuk menumbuhkan budaya literasi.
Sebagai orangtua sangat dibutuhkan perannya untuk membiasakan anak mencintai aktivitas literasi, seperti halnya membaca buku cerita, memberikan kesempatan pada anak untuk mengutarakan pendapatnya serta mengajak anak untuk berdiskusi mengenai kejadian atau fenomena yang terjadi sekarang.
Hal ini akan membuat anak lebih percaya diri dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dari sinilah anak akan lebih menggali informasi dan tugas orangtua untuk selalu mengarahkan, memotivasi, menstimulasi dan memfasilitasi. Sudah saatnya, dari kelompok kecil seperti keluarga mendukung penuh potensi pengembangan literasi anak sebagai bekal menghadapi tantangan hidup di masa depan.
Penulis: Siti Nur Azizah / Wisudawan Terbaik PG PAUD Universitas PGRI Semarang
Editor: Adib Auliawan Herlambang