Kecopetan Saat Naik Kendaraan Umum
Jumat, 18 September 2020 Abdul Arif

AYOSEMARANG.COM -- Pernahkah Anda kecopetan saat naik kendaraan umum? Bagaimana rasanya? Saya yakin Anda akan merasa bingung, kalut, stres, dan perasaan-perasaan sedih lainnya. Dulu, saat masih muda, zaman belum ada kecanggihan smartphone dan internet, saya pernah merasakan betapa bingung dan kalutnya kecopetan malam-malam di sebuah bus umum kelas ekonomi. Konon bus dengan inisial SK tersebut saat ini sudah tidak beroperasi lagi.
Saya masih ingat, waktu itu saya bersama seorang teman hendak pergi ke Semarang untuk berobat (atas penyakit yang pernah saya derita dan waktu itu belum kunjung sembuh). Kami berangkat naik bus dari Kediri Jawa Timur (karena saat itu saya memang sedang bermukim cukup lama di sana). Rencananya, kami akan turun di Yogyakarta terlebih dahulu, baru kemudian mencari bus jurusan Semarang. Saat bus tiba di terminal Yogyakarta (waktu itu sudah larut malam), saya yang posisinya tertidur tiba-tiba dibangunkan oleh seseorang entah siapa dan mengabarkan kalau saya kecopetan. Orang tersebut tergesa turun, sementara saya langsung gelagapan.
Saya melihat teman saya juga tengah tertidur tapi di jok yang berbeda dengan jok tempat saya duduk. Saya pun membangunkan teman saya dan menceritakan semuanya. Kondisi saya waktu itu benar-benar mengenaskan; kedua celana jeans bagian depan sobek-sobek, uang kembalian membayar bus pun raib di saku tersebut. Tas yang saya dekap saat tidur pun langsung saya buka. Semua uang yang ada dalam dompet raib.
AYO BACA : Sabar dan Ikhlas dalam Pandemi Covid-19
Tak hanya itu, walkman (alat pemutar kaset yang lagi ngetren kala itu untuk mendengarkan musik) yang biasa saya bawa bepergian (agar tak jenuh saat di perjalanan) pun hilang. Bahkan, sendal saya pun digasak dan ditukar dengan sandal jepit oleh si pencopet. Gila, saya kecopetan habis-habisan! Untungnya, teman saya yang juga tertidur saat di dalam bus, tidak ikut kecopetan. Akhirnya, kami tak jadi pergi ke Semarang, tapi mencari bus jurusan Kebumen, memilih pulang ke kampung halaman.
Yang saya sayangkan adalah, saat saya menceritakan kepada pihak kernet bus tersebut, ia hanya menanggapinya biasa saja, tanpa empati, seolah-olah tak terjadi apa-apa. Bahkan ia menjelaskan kalau kejadian kecopetan sudah biasa terjadi. Gila, ini benar-benar gila. Saya kok jadi merasa curiga, jangan-jangan antara pihak si pencopet telah terjadi kongkalikong dengan sopir dan kernet bus tersebut? Entahlah. Saya berusaha mengusir rasa curiga tersebut.
Dari kejadian itu, saya pun lantas menjadi orang yang sangat berhati-hati saat naik kendaraan umum. Kini, bila harus bepergian, saya enggan naik bus ekonomi karena masih merasa trauma. Saya lebih memilih bus AC atau travel, meski tarifnya lebih mahal bagi saya tidaklah mengapa, asalkan keamanan lebih terjaga, lebih terjamin, dan pelayanannya pun jauh lebih bagus.
AYO BACA : Mengembalikan Kepedulian Sosial Masyarakat
Terlepas dari kendaraan seperti apa yang saya naiki, tentu saya tetap berusaha lebih hati-hati dan ekstra waspada ketika berada di dalam kendaraan umum. Misalnya, tidak meletakkan dompet sembarangan (di saku baju atau saku celana bagian belakang), jangan menggunakan perhiasan atau busana berlebihan (glamour), dan jangan mengeluarkan barang-barang berharga saat di dalam bus. Siapkan uang pecahan seperlunya atau yang kita perlukan saja (semisal untuk keperluan membayar bus dan membeli cemilan) di saku celana atau di saku tas (jadi kita tak perlu berkali-kali membuka dompet karena sudah kita simpan di tempat yang aman).
Hal yang juga tak kalah penting, usahakan jangan tertidur saat berada di dalam kendaraan umum. Saya masih ingat, dulu waktu saya kecopetan dalam bus, saya sempat mencurigai seseorang. Jadi saat itu, bus memang lagi sepi penumpang, dan sebelum saya tidur dengan sangat lelapnya, ada seorang lelaki tiba-tiba duduk di samping saya, padahal bangku lain masih banyak yang kosong. Saya sempat menoleh ke arah lelaki tersebut dan ia menatapku dengan tajam. Anehnya, hanya sepersekian detik berikutnya, saya sudah terlelap dan saat terbangun (lebih tepatnya dibangunkan oleh seseorang) kondisi saya sudah kecopetan habis-habisan.
Padahal, selama ini saya adalah tipikal orang yang cukup sensitif dan mudah terbangun bila ada bagian tubuh tersenggol (apalagi sampai digerayangi) oleh orang lain. Lalu, bagaimana bisa saya tidak tersadar (terbangun) saat tas yang kudekap di diacak-acak oleh seseorang, ditambah kedua saku celana saya digerayangi dan disobek dengan menggunakan benda tajam? Dari situ saya merasa yakin kalau saya tak hanya kecopetan, tapi juga dihipnotis atau digendam oleh pencopet tersebut.
Saya berharap, semoga tulisan sederhana dan singkat ini dapat bermanfaat buat para pembaca, terlebih bagi Anda yang sering bepergian dengan kendaraan umum. Berusahalah untuk selalu waspada dan hati-hati agar bisa terhindar dari kejadian pencopetan sebagaimana pernah saya alami.
--Sam Edy Yuswanto, penulis lepas mukim di Kebumen.
AYO BACA : Tim KKNT UPGRIS Ajak Warga Rutin Minum Jamu Tradisional
Editor: Abdul Arif