KENDAL, AYOSEMARANG.COM -- Hasil panen petani di Kendal berkurang 20 persen, pasalnya tanaman padi yang sudah menguning ambruk dan roboh akibat diterjang hujan dan angin kencang dalam beberapa hari terakhir.
Padi roboh yang siap panen terpaksa harus dipanen secara manual, karena tidak bisa dipanen menggunakan mesin. Sedangkan padi yang belum siap panen harus diikat supaya bisa berdiri sehingga tidak terendam air agar tidak membusuk.
Selain hasil berkurang, tanaman padi yang roboh harga jualnya menjadi rendah, sehingga merugikan petani.
Baca Juga: Diduga Praktik KKN dalam Penerimaan Bintara, 5 Anggota Polda Jateng Kena OTT
Salah seorang petani Desa Tambakrejo Patebon, Masrur, mengeluhkan potensi kerugian akibat robohnya tanaman padi miliknya. Menurut Masrur, kerugian yang dialaminya mencapai 20 persen dari harga jual yang seharusnya.
“Padi yang semestinya bisa laku Rp5 juta per 100 ru, namun karena kualitasnya menurun dampak cuaca ekstrim hanya dihargai Rp4 juta,” terangnya, Jumat 3 Maret 2023.
Senada dengan Masrur, petani padi lainnya, Juweri juga mengeluh, karena berkurangnya hasil panen kali ini yang mencapai hingga 25 persen.
“Tanaman padi yang roboh yang semestinya per petak bisa menghasilkan 2 kuintal, namun karena roboh hanya menjadi 1,5 kuintal saja,” ujarnya.
Baca Juga: Isi Chat WA AG Pacar Mario Dandy dan David Tersebar di Twitter, Ada Pemaksaan?
Jika sering turun hujan, harga jual gabah basah juga akan turun. Alasan dari penebas gabah karena masa penjemuran padi sampai siap digiling menjadi lebih lama, sehingga harus mengeluarkan biaya maupun tenaga lebih banyak.***
Artikel Terkait
4 Mahasiswa Ini Bakal Merasakan Jadi Ajudan Bupati Kendal Dico
10 Relawan PMI Disiagakan di Posko, Antisipasi Cuaca Ekstrem di Kendal
Berpura-pura Membeli, Orang di Kendal Ini Malah Curi Tas Berisi Uang dan HP
RUSAK Parah! Diguyur Hujan Setiap Hari, Kondisi Jalan di Kendal Memprihatinkan
Penyeberangan Kendal-Kumai Bakal Tambah Armada Kapal