SEMARANGSELATAN, AYOSEMARANG.COM - “Rak sah kakean cocot. Gaweanmu ndang digarap.”
Bagi orang awam pengucapan tadi mungkin terkesan kasar karena menyebut salah satu organ tubuh. Namun beda halnya jika dipandang dalam konteks bahasa semarangan atau yang mengucapkan adalah orang Semarang.
Penulis buku Halah Pokokmen. Kupas Tuntas Bahasa Semarangan Hartono Samidjan menjelaskan jika percakapan seperti itu lazim digunakan.
Pasalnya, dalam bahasa semarangan pengucap biasa menggunakan bagian-bagian tubuh untuk pelengkap pengucapan dan dalam pengucapan organ tubuh pun, dialek semarangan punya kekhasan khusus.
Hartono merangkum satu bab mengenai pembahasan ciri khas dari bahasa semarangan yang satu ini. Katanya penyebutan organ tubuh tadi punya satu keterkaitan antara kata, frasa, istilah dan ungkapan.
Dia menyebut istilah khas ini dengan “ujung kepala hingga ujung kaki”.
“Tentu saja langkah ini tidak sama dengan mengenali bahasa tubuh. Sebab tubuh manusia di sini hanya sebagai objek untuk membentuk dan merangkai kata,” tulis Hartono.
Organ tubuh, lanjut Hartono, dalam bahasa Semarangan bisa merujuk pada fungsi atau aktivitas. Itu semua juga tergantung di mana pengucapannya digunakan.
Hartono kemudian mencontohkan, misalnya untuk penyebutan kepala. Dalam bahasa Jawa, kepala dibagi menjadi tiga jenis, yakni ndhas, sirah dan mustaka.