Tradisi Ruwahan di Kabupaten Ngawi Wujud Rasa Syukur Kedatangan Bulan Suci Ramadhan

- Rabu, 8 Maret 2023 | 21:58 WIB
Ilustrasi tradisi ruwahan (trimurti-bantul.desa.id)
Ilustrasi tradisi ruwahan (trimurti-bantul.desa.id)

AYOSEMARANG.COM -- Istilah Ruwahan berasal dari kata Ruwah atau Arwah, satu tradisi pemanjatan doa kepada Tuhan bagi para leluhur.

Adapun pemanjatan doa tersebut adalah merupakan pemohonan ampunan dosa-dosa orang tua dan leluhur yang telah wafat.

Selain berdoa bersama ruwahan merupakan satu perwujudan dari rasa syukur dipertemukan kembali dengan Ramadhan.

Baca Juga: Destinasi Wisata Religi di Kabupaten Ngawi yang Tak Boleh Dilewatkan, Salah Satunya Makam Wali Limo

Ruwahan itu sendiri adalah satu tradisi masyarakat yang telah ratusan tahun dilakukan secara turun temurun.

Tradisi Ruwahan ini juga dimiliki warga Kabupaten Ngawi yang tentunya masing-masing daerah ada ciri khas sendiri.

Demikian pula dengan Kota Bambu tradisi Ruwahannya juga memiliki ciri khas.

Prosesi Ruwahan disana diawali dengan ziarah kubur di makam desa yang diikuti seluruh elemen masyarakat.

Baca Juga: 4 Wisata Budaya di Ngawi Jawa Timur, Ada Upacara Adat Tawun

Dengan dipimpin oleh pemuka agama setempat doa-doa kepada Tuhan dipanjatkan tak ketinggalan membersihkan secara bersama-sama seluruh komplek pemakaman.

Selanjutnya dihari yang telah disepakati warga desa berduyun-duyun mendatangi Masjid atau Mushola desa.

Dan biasanya mereka berdatangan dengan membawa tumpeng lengkap dengan rangkaiannya.

Seusai sholat berjamaah barulah dimulai prosesi Ruwahan dimulai diawali dengan melantunkan ayat-ayat Suci Al Quran yang dipimpin oleh tokoh agama setempat.

Baca Juga: Pesona Kebun Teh Jamus di Lereng Gunung Lawu Kabupaten Ngawi yang Memanjakan Mata

Halaman:

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X