AYOSEMARANG.COM -- Covid-19 telah memberi dampak yang luas bagi hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat di seluruh penjuru dunia. Tak terkecuali terhadap struktur pendapatan dan pengeluarannya.
Jawa Tengah, diantara wilayah dengan tingkat penularan yang tinggi di Indonesia menjadi salah satu wilayah yang terdampak secara signifikan pada pendapatan masyarakatnya.
Hasil survei BPS Provinsi Jawa Tengah menyebutkan bahwa dari 10 570 responden yang mewakili warga Jawa Tengah, 41,6% diantaranya menyatakan mengalami penurunan pendapatan dibanding sebelum terjadinya pandemi Covid-19.
Lebih jauh hasil survei menunjukkan bahwa semakin rendah pendapatan masyarakat ternyata semakin berpotensi mengalami penurunan pendapatan dibanding masyarakat dengan pendapatan yang lebih tinggi. Pada masyarakat dengan pendapatan kurang dari 1,8 juta rupiah per bulan, 42,8% responden menyatakan dirinya mengalami penurunan pendapatan.
Sementara hanya 10% saja masyarakat dengan penghasilan 4,8 juta rupiah keatas yang merasakan penurunan pendapatan. Pada golongan masyarakat dengan pendapatan per bulan kurang dari jumah tersebut sangat mungkin dihuni oleh kelompok masyarakat dengan kategori miskin, hampir miskin dan memperoleh pendapatan dari sektor informal.
Di sisi yang lain, himbauan pemerintah tentang untuk beraktivitas dari dan di rumah saat pandemi ternyata juga mengakibatkan sebagian besar masyarakat mengaku mengalami kenaikan pengeluaran. Sebanyak 56,1 persen dari responden mengaku hal tersebut.
Bahkan 61,9% diantaranya merasakan kenaikan pengeluarannya lebih dari seperempat dari biasanya. Kenaikan pengeluaran terjadi pada beberapa jenis kebutuhan yang diakibatkan lebih seringnya beraktivitas di rumah.
Yang terbesar adalah bahan makanan, dikuti makanan dan minuman jadi, biaya kesehatan, biaya listrik serta paket data atau pulsa. Kenaikan pengeluaran pada kebutuhan bahan makanan dirasakan oleh 48 persen masyarakat.
Oleh karenanya ditengah pemerintah gencar mengurangi tingkat kemiskinan justru adanya dampak Covid-19 sangat memungkinkan mengakibatkan masyarakat yang semula sebenarnya tidak dikategorikan miskin, karena sedikit berada diatas batas kategori miskin akan sangat berpotensi menjadi miskin ketika pendapatannya berkurang sementara pengeluarannya bertambah.