AYOSEMARANG.COM -- Ketika memikirkan aktivitas belajar tingkat S1 PAI atau Pendidikan Agama Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Temanggung, di dalam benak terdapat gambaran jelas. Mahasiswa Mahasiswi sedang duduk dengan hikmat di kursi meja, membungkukkan badan sembari memegang buku dan catatan, berinteraksi dengan dosennya dan temannya. Mereka rata- rata berusia 25 tahun kebawah. Dalam imajinasi saya, mahasiswa-mahasiswi Stainu Temanggung yang muda-muda harus belajar lebih banyak daripada orang yang yang usianya setengah tua. Padahal, kehidupan manusia diwarnai dengan masa belajar yang itensif, sejak kanak-kanak hingga ajal tiba. Dari sejak belajar di Taman Kanak-Kanak, potongan informasi yang tak terhitung banyaknya mengalir pada manusia, yang semuanya disimpan di suatu tempat yang namanya otak. Bahkan kemudian berlanjut dari sekolah dasar hingga universitas, aliran pengetahuan, mengalir yang begitu banyak dan tidak terbasahkan ilmu pengetahuan.
Apakah mungkin mempelajari PAI saat usia setengah tua di STAINU Temanggung?
Mahasiswa-mahasiswi PAI yang berusia muda mempelajari segalanya dengan lebih cepat dan lebih baik di STAINU Temanggung. Dan mahasiswa yang berusia setengah tua akan tertinggal jauh. Benarkah itu? Mungkin tidak! Mempelajari PAI sebagai mahasiswa yang usianya setengah tua sangat mungkin dilakukan. Ini menegaskan pengalaman saya sebagai mahasiswa STAINU Temanggung yang sedang saya alami saat ini. Perkenalkan nama saya Muhammad Yunus, mahasiswa PAI semester 5 di STAINU Temanggung.
Sebagai contoh motivasi dari cerita saya
AYO BACA : Peduli Lingkungan, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Tanam Mangrove di Dusun Gandong
Saya sekarang berusia 38 tahun dan sedang belajar PAI di STAINU temanggung hampir 3 tahun ini. Di masa usia yang tidak muda lagi ini, saya masih punya waktu itu untuk mewujudkan dan harapan saya.
Ketika saya masih muda selepas sekolah menengah atas, sewaktu orang tua saat masih hidup menawarkan untuk belajar ke jenjang perguruan tinggi. Ortu sudah meninggal dunia dan kesempatan belajar pun yang hendak diberikan ortu belajar ke perguruan tinggi tersia-siakan begitu saja. Tersadar ketika usia sudah tak muda lagi, dan terjebur di jalan ninja yang salah. Di usia yang setengah tua ini, berupaya berjalan di ninja yang benar. Memperbaiki yang keliru, terlewat, dan tak perlu menyesalinya. Ibarat berkata: jika sudah terlanjur start buruk, berupaya finish yang baik.ketika keraguan muncul, apakah diri ini mampu belajar PAI di STAINU temanggung? Kendala memang begitu banyak salah satunya masalah finansial. Lantaran dukungan keluarga (istri,anak) dan kemauan yang kuat, kendala bisa teratasi walaupun jalannya terseok-seok. Masalah finansial bisa terpecahkan dengan menyisihkan sepertiga gaji tiap bulan untuk membayar semesteran. Berangkat dari rasa optimis yang tinggi, Alhamdulillah dari tahun 2018 hingga tahun 2020 ini masih dapat Istiqomah belajar di STAINU Temanggung. Hal terbesar yang saya perjuangkan sebagai pembelajar adalah keraguan lama bahwa saya yakin bisa dan belajar PAI sebagai pembelajar di usia setengah tua.
Banyak yang beranggapan bahwa belajar di sekolah saat usia yang tak lagi muda alias setengah tua apalagi sudah memiliki keluarga itu begitu terlihat bodoh, melelahkan dan buang-buang waktu. Tapi itu tidak benar! Sebab dalam agama Islam mengajarkan belajar itu sepanjang hayat dan menjadi bermanfaat bagi kehidupan. Ilmu yang selama ini didapatkan di STAINU Temanggung, saya terapkan di SDN Kramat 2 Magelang yang merupakan tempat saya bekerja. Walaupun hanya sekedar mengambil peran kecil menjadi guru pengampu BTQ, TIK dan pembimbing lomba mapsi. Alhamdulillah, beberapa anak didik SDN Kramat 2 yang saya ampu dan saya bimbing menorehkan prestasi yang tidak saya bayangkan: 1 anak didik putri juara 2 LCC Islami Mapsi tingkat kecamatan Kota Magelang, 1 anak didik Putri juara harapan 1 BTQ Kecamatan Kota Magelang, 1 anak didik putra TIK Islami Mapsi juara berjenjang hingga tingkat propinsi (juara 2 tingkat kecamatan, juara 1 tingkat kota Magelang dan juara 1 tingkat Propinsi)Jawa Tengah Tahun 2019 yang di selenggarakan di Donohudan Boyolali. Dan manfaat lain bagi anak-anak didik yang mengikuti cabang lomba mapsi Sebagian besar masuk babak penyisihan, walaupun tidak sukses mendapatkan tropi, tentunya anak-anak didik yang dibawah bimbingan saya yang mengikuti lomba mapsi kesemuanya peroleh pengalaman yang luar biasa yang insyaallah bermanfaat dikemudian hari. Itulah suatu bukti, penerapan ilmu yang saya dapatkan belajar PAI di STAINU Temanggung diterapkan di tempat kerja saya, membawa banyak kemanfaatan, apalagi diusia saya yang setengah tua ini dan tidak jadi suatu halangan untuk terus belajar dan berbagi ilmu.
Dari pembuktian itu, mempelajari Pendidikan Agama Islam adalah hal mungkin terjadi saat usia setengah tua. Karena yang muda maupun yang tua memiliki kesempatan yang sama, walaupun belajar dengan cara penangkapan yang berbeda. Tentu saja, ada alasan mengapa manusia belajar banyak PAI pada usia menginjak setengah tua ini, yaitu untuk diri: kesempatan belajar telah terlewati, dan kesempatan kedua ini hanyalah sekali jangan sampai terlewat lagi dan hanya membutuhkan pengetahuan yang berguna bagi bekal masa depan, bermanfaat bagi kehidupan dan tentunya di akhirat.