CILACAP, AYOSEMARANG.COM -- Kabupaten Cilacap menjadi satu diantara daerah yang rawan diterjang tsunami, karena memiliki garis laut memanjang di Provinsi Jawa Tengah bagian selatan.
Selain itu, Cilacap juga berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Mengacu pada penelitian yang dilakukan Guru besar Seismologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Sri Widiyantoro, bersama rekan penelitinya melaporkan skenario terburuk terkait potensi tsunami sampai 20 meter di pantai Selatan Jawa.
Dari hasil pemodelan, kawasan selatan pantai Jawa Barat dan Jawa Timur terancam akan terkena dampak tsunami karena disebabkan beberapa hal, diantanya dipicu karena gempa bumi.
Namun dengan adanya potensi tersebut ternyata alat Early Warning System (EWS) atau sistem peringatan dini bencana tsunami yang dimiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap ada yang rusak.
AYO BACA : Belum Ada Teknologi Bisa Prediksi Gempa dengan Tepat
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap, Tri Komara menjelaskan terdapat 24 alat EWS yang terpasang. Namun tidak semuanya berfungsi.
"Yang bunyi tinggal 15, dari 24 alat yang kita miliki. Sedangkan 9 rusak karena korosi dan faktor umur yang sudah tua," katanya, seperti dikutip dari Suara.com, Jumat (2/10/2020).
Menurutnya, tingkat ke efektifan alat hanya bertahan sampai lima tahun. Namun alat yang dimiliki BPBD Kabupaten Cilacap berusia lebih dari 8 tahun.
"Pergantian sebenarnya maksimal 5 tahun. Namanya juga alat elektronik apalagi itu di pinggir pantai. Selain itu terkait dengan anggaran juga," jelasnya.
Sebanyak 24 alat tersebut terpasang di sepuluh kecamatan. Diantaranya di sekitar Pantai Teluk Penyu, PLTU Cilacap, Widarapayung, dan Jetis.
AYO BACA : Denda Hasil Operasi Yustisi Capai Rp2 Miliar
"Yang rusak ada di Kebonsayur Musala Al-Dzikru, Musala Al Mubarokah Jalan Delima, Masjid Al Mubarokah Perum Tegal Asri, Musala Al Hidayah Kemiren, Masjid Al-Bariyah Rawajarit, Laut Winong Baitul Mutaqin PLTU Cilacap, Pantai Indah Widarapayung, Karangpakis Ar-Rohmat dan Pantai Jetis," terangnya.
Tri Komara menyadari akan bahanya potensi gempa dan tsunami yang bisa melanda wilayah perairan Cilacap. Sebenarnya memang kondisi tersebut mungkin terjadi sejak dahulu. Namun karena saat ini adanya era media sosial, masyarakat memiliki persepsi lain.