TJI Unika Gelar Seminar Digitalisasi Pertunjukkan Jawa

- Sabtu, 15 Juni 2019 | 09:27 WIB
Ketua TJI Unika Soegijapranata Dr Ekawati Marhaenny Dukut MHum didampingi Yosaphat Yogi Tegar Nugroho SSn MA di ruang Merah gedung Mikael Unika Soegijapranata, Sabtu (15/6/2019). (Arie Widiarto/Ayosemarang.com)
Ketua TJI Unika Soegijapranata Dr Ekawati Marhaenny Dukut MHum didampingi Yosaphat Yogi Tegar Nugroho SSn MA di ruang Merah gedung Mikael Unika Soegijapranata, Sabtu (15/6/2019). (Arie Widiarto/Ayosemarang.com)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - The Java Institute (TJI) Unika Soegijapranata Semarang akan menggelar seminar nasional dengan tema “Kebudayaan, Ideologi, Revitalisasi dan Digitalisasi Seni Pertunjukan Jawa dalam Gawai” pada Jumat (28/6/2019) mendatang di kampus tersebut. Kegiatan yang bakal dihadiri ratusan peserta dari seluruh Tanah Air ini akan mengupas berbagai persoalan tentang seni pertunjukkan dari para pakar dan diharapkan dapat menerbitkan hasil tulisan peserta ke dalam sebuah buku ber-ISBN atau jurnal terakreditasi nasional.

Ketua TJI Unika Soegijapranata Dr Ekawati Marhaenny Dukut MHum menjelaskan seminar nasional mendatang lebih memfokuskan diri pada seni pertunjukan, baik seni pertunjukan yang beberapa waktu lalu  sempat digandrungi masyarakat yaitu musik campur sari, tarian Jawa, permainan gamelan, maupun opera Van Java. 

“Pada zaman dulu masyarakat menikmati pertunjukan itu secara langsung, namun sekarang ini dengan adanya generasi Centennial atau generasi Z, apa pun yang mereka lakukan harus berurusan dengan digital teknologi, sehingga kehidupan masyarakat baik yang muda maupun dewasa seakan-akan sangat bergantung pada handphone. Karena di dalamnya ada internet yang menjadi sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan. Oleh karena itu kami melihat seni pertunjukan sekarang itu  ada di dalam gawai atau handphone,” jelasnya didampingi salah satu pembicara dalam seminar nasional tersebut yaitu Yosaphat Yogi Tegar Nugroho SSn MA di ruang Merah gedung Mikael Unika Soegijapranata, Sabtu (15/6/2019).

Ekawati menambahkan karena perubahan tersebut, ada dampak pada masyarakat yang bisa dianalisa dari sisi psikologis, juga dari sisi bisnis dan politik. "Maka kami lihat seni pertunjukan sekarang ini ada di gawai,” imbuhnya.

Ia mengungkapkan The Java Institute tidak hanya mengkaji dan mengelola budaya Jawa tetapi budaya apa pun yang sudah masuk di pulau Jawa dan mempengaruhi masyarakat yang tinggal di pulau Jawa. Misalnya jalan raya Deandels di pantura Jawa yang membawa dampak secara ekonomis maupun psikologis kepada masyarakat di pulau Jawa.

“Tahun sebelumnya TJI juga sudah menerbitkan buku dengan judul “050 Fakta Jawa”. Dalam buku tersebut kami menelaah dari berbagai disiplin ilmu, mulai dampak psikologinya, dampak arsiteknya baik desain secara visual maupun kontekstual, demikian juga dari sisi bahasa dan lainnya. Sedangkan pada judul tema seminar nasional yang akan diselenggarakan pada tanggal 28 Juni mendatang ini, unsur Jawa dimaksud tidak tertutup pada etnis Jawa saja, tetapi juga dari berbagai macam etnis yang tinggal di pulau Jawa," paparnya.

Adapun Yosaphat Yogi mengungkapkan anak-anak generasi Centennial atau generasi Z ini memang tidak bisa meninggalkan gawai. Bahkan untuk keluar menonton seni pertunjukan,  generasi ini juga sudah malas kalau pertunjukan itu tidak indoor. 

"Semua yang ingin ditonton hampir semuanya dari gadget atau YouTube. Maka melihat itu, kita menyadari bahwa melalui YouTube ini bisa menjadi sarana revitalisasi budaya yang ada di Jawa untuk dikenalkan tidak hanya di ranah lokal tetapi hingga global,” paparnya.

Rencananya akan hadir sebagai pembicara dalam seminar tersebut Prof Sumarsam (Wesleyan University, AS), Prof Ridwan Sanjaya (Rektor Unika Soegijapranata), Yosaphat Yogi Tegar Nugroho (FBS Unika Soegijapranata) dan budayawan Semarang A Arif Setiawan. Bagi yang ingin berpartisipasi dalam seminar bisa melakukan pendaftaran di http://bit.ly/TJIUNIKA, dalam satu pekan ini.

Editor: Andres Fatubun

Tags

Terkini

X