Kue Putu Bumbung dari Harga Mangpi sampai Rp 1.000

- Rabu, 18 September 2019 | 14:43 WIB
Pedagang Kue Putu Bumbung, Paijo sedang menjajakan kuenya di bilangan jalan Kaligarang, Rabu (18/9/2019). Ia masih eksis menjajakan kuenya dengan cara memikul dagangan keliling kota. (Vedyana Ardyansah/ayosemarang.com)
Pedagang Kue Putu Bumbung, Paijo sedang menjajakan kuenya di bilangan jalan Kaligarang, Rabu (18/9/2019). Ia masih eksis menjajakan kuenya dengan cara memikul dagangan keliling kota. (Vedyana Ardyansah/ayosemarang.com)

SEMARANG BARAT, AYOSEMARANG.COM -- Kota Semarang mempunyai aneka kuliner dengan citarasa yang memanjakan lidah. Beberapa yang sudah melekat sebagai jajanan khas Semarang seperti wingko babat, lumpia, kue ganjel rel.

Kota Semarang juga memiliki beberapa jajanan tradisional yang hingga saat ini masih eksis meskipun sulit untuk ditemukan. Salah satunya adalah Kue Putu Bumbung.

Kue putu merupakan jajanan yang terbuat dari tepung beras yang ditanak dengan isi gula merah di dalamnya. Kue putu dikukus dalam wadah bumbung bambu sepanjang 10 cm. Setelah matang kemudian ditaburi parutan kelapa sebagai toppingnya.

AYO BACA : Beda dari Lainnya, Ini Resep Gulai Bustaman Pak Sabar

Pak Paijo adalah satu di antara pedagang Kue Putu Bumbung yang masih eksis menjajakan makanan tradisional itu. Selama puluhan tahun, ia menjajakan kue putu dengan hanya gerobak pikulan berkeliling di daerah Kelud dan Kaligarang.

"Saya sudah empat puluh tahun berjualan Kue Putu Bumbung mas," ujarnya kepada ayosemarang.com saat ditemui di bilangan jalan Kaligarang, Rabu (18/9/2019).

Saat ditanya kapan mulai berjualan kue putu, Pria asli Wonogiri itu pun mengaku sudah berjualan putu sejak tahun 1979. "Tapi saya lupa kapan pertama kali masuk ke Semarang. Di Semarang saya tinggal di Gisik Sari," imbuhnya.

AYO BACA : Si Manis Terang Bulan di Kota Semarang

Paijo menerangkan, bahwa kue putu sudah jarang sekali yang menjualnya. Hal tersebut dikarenakan saat ini sudah banyak aneka macam jajanan. Dahulu, ia kerap berjumpa dengan sesama penjual putu saat keliling.

"Kalau sekarang sudah jarang mas. Sekarang sudah banyak jajanan. Tapi nggak tau bebas bahan pengawet atau nggak. Kalau putu ini kan jelas nggak ada pengawetnya," katanya.

Seribu rupiah, harga satu kue putu, menurut Paijo termasuk murah. Pembeli bisa merasakan kue putu yang memiliki resep tak berubah selama 40 tahun tersebut.

"Kalau awal jualan dulu harganya Rp 5. Kalau orang dulu menyebutnya 'Mangpi'. Setelah itu naik jadi Rp 250, terus naik-naik lagi, sekarang jadi Rp 1000," ucapnya.

Dalam sehari Paijo mengaku bisa menghabiskan ratusan putu bumbung. "Kalau sehari adonan bisa habis berarti kira-kira 200-an kue putu. Tapi ya tidak pasti mas. Namanya saja dagang," tutupnya.

AYO BACA : Nostalgia Masa Kecil di Kampung Jajanan Kuno Semarang

Halaman:

Editor: Abdul Arif

Tags

Terkini

Air Terjun Kedung Maor, Niagara Mini di Bojonegoro

Sabtu, 11 Maret 2023 | 07:03 WIB
X