AYOSEMARANG.COM - Sudah enam tahun, warga Desa Rajek, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan tidak lagi bergantung pada gas elpiji subsidi. Masyarakat di Desa Rajek telah memanfaatkan gas rawa untuk memasak sejak 2017 hingga sekarang.
Satu di antara puluhan warga yang menggunakan gas rawa untuk memasak adalah Siti Aminingsih. Dia mengaku telah menggunakan gas rawa untuk memasak sejak enam tahun silam dan masih berlangsung hingga sekarang.
"Alhamdulillah, saya pakai gas rawa sudah sekitar enam tahun. Tidak pakai gas elpiji. Cukup pakai gas rawa saja,” kata Siti ditemui di rumahnya RT07/RW01 saat memasak, Jumat 19 Oktober 2023.
Menurutnya, memasak menggunakan gas rawa, jauh lebih aman dan nyaman dibandingkan memasak menggunakan kompor gas elpiji. Apalagi, saat memakai gas elpiji, ia kerap kesulitan mencari gas elpiji isi ulang di warung di sekitar tempat tinggalnya.
”Kalau dulu ada elpiji, bingung nyari-nyari ke warung. Kalau sekarang, enggak. Alhamdulillah sudah siap gasnya. Setiap kali dibutuhkan, gas sudah ada,” kata wanita berusia 46 tahun ini.
Siti menceritakan, saat masih memakai gas elpiji, dalam sebulan dia harus membeli gas isi ulang ukuran 3kg sebanyak empat kali. Artinya, dalam seminggu ia harus mengeluarkan uang Rp20 ribu untuk membeli gas isi ulang ukuran 3kg.
Namun, sejak menggunakan gas rawa Siti bisa menghemat pengeluarannya. Dia bisa mengalihkan uang yang biasa dipakai membeli gas elpiji isi ulang untuk keperluan lainnya.
Sementara itu, teknisi separator gas rawa Desa Rajek, Sarmadi mengatakan, distribusi gas rawa ke rumah warga menggunakan dua separator. Separator pertama berfungsi memisahkan air dan gas. Sedangkan separator kedua berfungsi mengalirkan gas murni ke rumah warga.
“Kualitas gas rawa dibandingkan dengan biogas itu ya jelas tinggi gas rawa. Lebih bagus gas rawa. Dari segi keamanannya juga lebih nyaman gas rawa. Maksudnya kan (gas rawa) lebih cepat untuk memasak, voltasenya besaran gas rawa, lebih ringan gas rawa,” terang Sarmadi.
Pemanfaatan gas rawa diharapkan mampu dikembangkan sebagai sumber energi alternatif baru oleh masyarakat sekaligus mewujudkan kemandirian energi desa di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. Gas rawa atau biogenic shallow gas sendiri merupakan gas yang terbentuk dari bakteri metagonik pada lingkungan rawa yang merupakan lingkungan anaerobik. Gas ini terdapat pada lapisan batuan yang dangkal.
Gas rawa saat ini telah dikembangkan di Jawa Tengah sebagai salah satu sumber energi alternatif. Gas rawa ini juga tergolong ramah lingkungan dan dapat digunakan untuk menggantikan LPG. Aplikasi gas rawa di sejumlah titik di Provinsi Jawa Tengahdiharapkan mendorong pembangunan ekonomi masyarakat setempat. Pengembangan gas rawa ini juga menjadi bagian dari diversifikasi energi, mendorong ketahanan energy.
Pada tahun 2020, Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah membangun instalasi gas rawa di Desa Bantar untuk 25 kepala keluarga. Kemudian pada tahun berikutnya instalasi diperluas menjadi 100 kepala keluarga dengan instalasi terjauh sepanjang 600 meter. Penggunaan gas rawa ini bisa menghemat sekitar 72% biaya LPG. Biasanya, masyarakat menggunakan 3 tabung LPG seharga Rp 23 ribu rupiah per bulan namun, sekarang tidak perlu membayar untuk LPG.
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah telah mengirim tim ahli geologi untuk melakukan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan gas alam yang terpendam di bawah Desa Rajek melimpah dan secara ilmiah ahli geologi yang diterjunkan menyebutkan gas rawa tersebut adalah gas alam yang berada di kedalaman yang dangkal yang terbentuk dari fosil hewan dan tumbuhan di kedalaman sekitar 30-40 meter.
Gas alam tersebut kemudian dialirkan ke seluruh rumah warga karena potensi gas alamnya sangat mencukupi dan tidak berbahaya karena tekanannya yang relatif rendah sehingga bisa digunakan hingga puluhan tahun ke depan.
Proses pemanfaatan gas rawa di Desa Rajek juga cukup sederhana pertama gas diambil dari sumur bor yang mengandung gas kemudian gas yang masih bercampur air dipisahkan menggunakan separator atau mesin pemisah yang terdapat dua tabung yang berbeda yaitu tabung untuk menampung air dan tabung untuk menampung gas. Dari tabung berisi gas itulah kemudian baru disalurkan ke rumah-rumah warga yang hanya perlu membayar biaya Rp15.000 untuk biaya perawatan alat dan kas desa.***