psis

(POKOKMEN PSIS) Momen Juara Perserikatan 1987 Part 1: Sepatu Sudaryanto Hilang Sampai Didatangi Calo Suap

Rabu, 8 Desember 2021 | 17:03 WIB
Skuad PSIS Semarang saat juara 1987. Sebelum juara banyak cerita unik yang berdatangan. (dok. Sudaryanto)



SEMARANGSELATAN, AYOSEMARANG.COM -- Tanggal 11 Maret 1987 merupakan hari yang bersejarah bagi PSIS Semarang karena di tahun itu tim berjuluk Laskar Mahesa Jenar ini mampu Juara Perserikatan.

Sebelum juara di tahun ini, tercatat prestasi terbaik PSIS Semarang menempati urutan III nasional di tahun 1958.

Gol semata wayang dari Syaiful Amri mampu membawa timnya menjuarai Piala PSSI yang dipersembahkan oleh Presiden Soeharto.

Pada saat PSIS Juara Perserikatan di tahun 1987 itu, piala diserahkan oleh Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 9 November 2021 : Libra, Scorpio dan Sagitarius Setop Menebar Janji Palsu

Namun sebelum juara itu ternyata banyak cerita unik yang tidak semua orang ketahui.

Sebelumnya, sebelum melawan Persib Bandung dalam laga semifinal, sepatu kapten PSIS Semarang Sudaryanto hilang saat dijemur di Mess Jalan Panahan Senayan.

Hal itu tercatat dalam arsip Suara Merdeka edisi 5 Maret 1987 atau beberapa hari sebelum menghadapi Persib Bandung pada 7 Maret.

"Waduh gawat juga ini. Sepatu yang hilang itu sering bikin gol dan itulah yang selama ini sering dipakai," ucap Sudaryanto.

Sepatu itu padahal sudah menyumbangkan tiga gol selama babak 6 besar. Satu gol penalti ke gawang Persija, dua gol ke gawang PSMS Medan.

Cerita menarik sebelum PSIS Semarang juara tidak hanya di situ saja.

Sehari sebelum laga final Manajer Pelatih PSIS Semarang yakni Sartono Anwar tampak serba khawatir dan gugup.

Puncaknya saat berada di Mess PSIS, Sartono sempat menyemprot Ribut Waidi karena masih melek.

"But, ngapain kamu berdiri di luar sini. Ayo istirahat sana di dalam sana, nanti capek," kata Sartono yang kelak dijuluki "Professor Sepak Bola" oleh orang-orang.

Baca Juga: bank bjb Raih Predikat Indonesia Trusted Company di Ajang CPGI Award 2021

Tidak hanya Ribut Waidi yang disemprot. Sebagai bentuk kekhawatiran, Sartono juga mencari Ahmad Muhariah yang belum kembali ke mess.

"Achmad mana Achmad. Mosok sudah jam segini malah nggak ada. Keluar mana dia," ucap Sartono.

Kala itu jelang laga final, mess PSIS cukup ramai. Pasalnya banyak orang-orang berdatangan untuk memberi dukungan.

Banyak yang datang termasuk pejabat seperti Walikota H Iman Soeparto, Direktur BPD Abdurachman Affandi, Kepala DKS Kodya Hery Soeprodjo

Namun bagi Sartono Anwar hal itu dianggap lain. Dia mencuriagai beberapa orang yang tampak seperti tukang suap

"Siapa itu jangan-jangan calo suap?" tanya Sartono kepada salah seorang official PSIS seperti yang tercatat dalam arsip Suara Merdeka 10 Maret 1987.

Baca Juga: Link Live Streaming Barito Putera vs Persik Kediri: Laskar Antasari Butuh Kemenangan

Kekhawatiran Sartono barangkali benar-benar terbukti ketika sebelum pertandingan ada seseorang dengan berpakaian mirip dukun mendekatinya dan mengaku bisa mengatur pertandingan.

Namun permohonan itu langsung ditolak mentah-mentah oleh Sartono.

Kelak di masa tuanya, Sartono mengaku sangat membenci suap. Dia mengaku saat menangani Persibo Bojonegoro timnya terkena imbasnya meskipun pada akhir musim jadi juara.

"Sepak bola kita tidak akan maju kalau terus seperti ini," ucapnya saat ditemui beberapa waktu yang lalu.

Baca Juga: SAAT Siskaeee Ditanya Polisi 'Apakah Kamu Muslim?' Lalu Beri Jawaban Polos Begini

Esoknya, beberapa jam sebelum pertandingan, pada pukul 12.00 Sartono mengumpulkan para pemain.

Setelah kumpul, Sartono ternyata memberikan briefing khusus kepada para pemain.

"Pesan saya pokoknya tugas kalian adalah memperlambat tempo permainan. Jalankan tugas menjebak offside sebaik-baiknya. Kalau kita kecurian, itu tugas Ribut dan Budiawan Hendratno untuk sprint ke bawah dan Rochadi jangan telat naik," kata Sartono berapi-api.

Strategi itu nyatanya berfungsi baik. Persebaya di tahun itu memang punya tipikal bermain cepat dan harus dirusak dengan permainan tempo lambat dan akhirnya Bajul Ijo kecolongan dan kalah.

Dari strategi itu pula, Sartono tentu membantah jika gol Syaiful Amri bukan hadir begitu saja atau yang para fans sepak bola belakangan bilang 'jatuh dari langit'.

Baca Juga: Antisipasi Penyebaran Covid-19 saat Momen Natal dan Tahun Baru 2022, Bupati Kendal akan Keluarkan Aturan Baru

Namun meski sang pelatih tampak tegang dan cemas, beda halnya dengan Ribut Waidi yang santai dan begitu lepas.

Ribu berkata jika dia tidak takut jika harus berhadapan dengan pemain belakang Persebaya Rae Bawa.

"Saya sudah bertekad mati-matian. Tokh tidak mungkin terpilih jadi pemain terbaik karena sudah terkena kartu kuning. Nanti terkena kartu merah pun saya nggak takut," ucapnya.***

Tags

Terkini