SEMARANG, AYOSEMARANG.COM- Alex Harijanto, Ketua Umum Pengprov Taekwondo Indonesia (TI) Jateng sekaligus tokoh olahraga nasional mengungkapkan, Jawa Tengah menghadapi tantangan berat menghadapi perhelatan PON XXI Aceh - Sumut tahun ini.
Bukan saja soal rivalitas pendekatan sport science dengan provinsi lain, namun juga penyediaan anggaran menghadapi PON. Jateng, kata dia, termasuk provinsi dengan yang masih dibayangi keterbatasan anggaran, padahal target yang dicanangkan KONI Jateng adalah memperbaiki peringkat di PON 2024 ini.
''Yang bisa kita lakukan saat ini adalah sikap fight, melakukan kontrol bersama dan memperkuat sinergi. Saya ingin mempersatukan pengurus cabor, kita sharing bersama bagaimana agar Jateng bisa naik peringkatnya di PON nanti,'' kata di depan sejumlah pengurus cabang olahraga (cabor) di Joglo Kumpul-Kumpul, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Selasa malam 16 Januari 2024.
Baca Juga: Samsung A15 5G vs Samsung A14 5G, si Sepuh Spesifikasinya Kalah Banyak? Ini Perbandingan Harganya
Alex Harijanto memang sengaja mengundang sejumlah cabor untuk saling urun rembug tentang siasat mencapai prestasi optimal di PON. Termasuk bagaimana menyatukan visi pengelolaan pelatda menyongsong PON.
Sejumlah pengurus hadir, diantaranya dari Pengprov PABSI Jateng (angkat besi), PTMSI (tenis meja), ABTI (bola tangan), FAJI (arung jeram), dan TI (taekwondo). Hadir juga kawan baik Alex, desainer kondang Samuel Wattimena yang juga caleg DPR RI dari PDIP untuk Jateng 1.
Di mata penyandang sabuk DAN VII itu, sebenarnya Jateng punya potensi untuk mampu memperbaiki peringkat di PON 2024 dibanding capaian PON 2021 Papua yang menempati urutan keenam dengan 27 medali emas, 47 perak, dan 64 perunggu.
Persoalannya, kata dia, apakah setiap cabor lolos ke PON sudah mendapatkan dukungan yang all out dalam persiapan menuju PON. Misalnya, apakah anggaran pelatda telah tercukupi, sarpras yang memadai, dan kesempatan try out.
''Anggaran saya kira modal utama meraih prestasi. Taekwondo pada PON Papua 2021 ditarget oleh KONI Jateng dengan tiga emas, tapi kami bisa melebihi target dengan empat emas, enam perak, lima perunggu. Pada babak kualifikasi PON Aceh-Sumut, kami pun bisa mempertahankan konsistensi dengan meraih tujuh emas,'' tandasnya.
Soal anggaran, kata Alex, bukan berarti taekwondo luput dari problematika. Selama Pelatda untuk babak kualifikasi PON 2024, termasuk try out ke Korea, pihaknya harus tombok dulu sekitar Rp 1 miliar.
''Kami berharap dana talangan ini bisa dikembalikan KONI Jateng. Jika dana itu balik, saya berani pasang target taekwondo bisa meraih 10 emas di PON Aceh-Sumut,'' katanya dengan ekspresi serius.
Wasekum PTMSI Jateng Dustamawat Jayawiguna tak menampik, capaian Jateng di ajang PON selalu menuai sorotan karena mengalami fluktuasi peringkat. Gongnya adalah terjerembabnya provinsi ini ke ranking keenam.
''Realitas ini harus disikapi dengan gerakan bersama untuk bangkit. Memang harus saling kontrol. Kecenderungan kita kan berdamai dengan keadaan, jadi terlena. Tapi jujur saja, setiap cabor sesungguhnya punya militansi untuk berprestasi. Gengsi kalau prestasinya anjlok, maka bagaimana caranya mengeluarkan dana pribadi untuk nomboki,'' katanya.
Dustamat juga mengingatkan, kompetitor Jateng pada PON yang 2024 ini, bukan hanya lima provinsi yang mengalahkan di PON Papua, tapi juga Aceh dan Sumut yang berstatus sebagai tuan rumah.
Di bagian lain, Ketua Umum ABTI Jateng Joko Pranawa Adi menilai, sebetulnya dengan capaian 117 emas di babak kualifikasi PON dan target 45 emas, Jateng berpeluang memperbaiki peringkat PON, minimal satu strip.