AYOSEMARANG.COM -- Motor bermesin 2 tak sempat menjadi primadona di jalanan Indonesia, terutama pada era 80-an hingga awal 2000-an. Suara khasnya yang cempreng, performa yang responsif, serta bobot motor yang ringan menjadikannya favorit di kalangan anak muda dan pecinta kecepatan.
Merek-merek seperti Yamaha RX-King, Suzuki RGR, dan Kawasaki Ninja 150 menjadi legenda yang masih dikenang hingga kini. Bahkan, hingga sekarang, masih banyak penggemar fanatik motor 2 tak yang merawat dan menggunakannya sebagai kendaraan harian atau koleksi.
Namun seiring berkembangnya teknologi otomotif dan regulasi emisi gas buang yang semakin ketat, motor 2 tak mulai tergeser oleh mesin empat tak yang lebih ramah lingkungan dan efisien dalam konsumsi bahan bakar.
Meski begitu, pemahaman tentang karakteristik mesin 2 tak tetap penting, apalagi bagi mereka yang masih setia mengendarainya.
Salah satu hal penting yang sering terlewat oleh pengguna motor 2 tak adalah soal penggunaan teknik engine brake atau pengereman menggunakan mesin. Teknik ini umum digunakan di kendaraan bermesin empat tak karena dianggap bisa membantu memperlambat laju motor tanpa terlalu banyak mengandalkan rem.
Namun, pada motor 2 tak, penggunaan engine brake justru bisa menimbulkan risiko kerusakan mesin yang tidak sedikit.
Mengapa demikian? Artikel ini akan membahas secara lengkap alasan teknis dan mekanis mengapa mesin 2 tak sebaiknya tidak sering menggunakan engine brake.
Penjelasan ini penting untuk diketahui agar pengguna motor 2 tak bisa merawat kendaraannya dengan lebih bijak dan terhindar dari kerusakan fatal.
Baca Juga: Terpilih Sebagai Denok Kenang, Sevaldo-Mutia Didorong Ikut Promosikan dan Bangun Kota Semarang
1. Sistem pelumasan mesin 2 tak berbeda dengan mesin empat tak
Pada mesin 2 tak, sistem pelumasannya mengandalkan campuran oli dan bahan bakar, atau dikenal dengan istilah premix dan oli samping. Oli ini tidak bersirkulasi seperti pada mesin empat tak yang menggunakan pompa oli, melainkan terbakar bersama bensin di ruang bakar. Saat pengendara menutup gas, aliran bensin dan oli otomatis berkurang atau bahkan berhenti. Akibatnya, pelumasan dalam mesin menjadi sangat minim.
Jika engine brake dilakukan terlalu sering, maka piston, dinding silinder, dan komponen lain di dalam mesin akan bergerak dalam kondisi kekurangan pelumas. Hal ini dapat menimbulkan gesekan berlebih yang mempercepat keausan dan bahkan menyebabkan kerusakan serius seperti piston macet.
2. Kompresi rendah membuat engine brake tidak efektif