Ia mengaku dari awal Desember hingga kini sudah membuat ratusan tart pesanan untuk Natal dan pergantian tahun.
“Kalau ratusan mungkin sudah ada, meski masih pandemi namun prosentase pemesan sudah pulih seperti sebelum pandemi,” paparnya.
Terkait harga, Dyah mengatakan, tart custom buatannya paling murah dipatok dengan harga Rp 250 ribu.
Baca Juga: LIGA 2 Jelang Dewa United vs Persis Solo: Kas Hartadi Siapkan Formula Hadapi Strategi Eko Purdjianto
“Paling kecil ukuran 16 sentimeter Rp 250 ribu, untuk 18 sentimeter Rp 350 ribu, namun ada juga yang lebih mahal. tapi tergantung tingkat kesulitan pesanan karena tak jarang banyak karakter ataupun model yang biasanya dipesan oleh pelanggan untuk ditempatkan di atas tart,” ucapnya.
Sembari sibuk membentuk karakter untuk ditempatkan di atas tart, wanita yang juga sering menelurkan ilmunya lewat pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) Kota Semarang itu menerangkan, pemasan tart buatnya kebanyakan warga Kota Semarang.
“Meski ada yang dari luar daerah tapi tidak sebanyak dari dalam Kota Semarang. Untuk pemasaran saya lakukan melalui media sosial seperti Intargram,” terang Dyah.
Usai tart pesanan yang dibuat Dyah selesai, ia pun memasukan tart tersebut ke kardus khusus untuk makanan.
Baca Juga: Modena Bikin Demo Masak Hadirkan Chef Profesional dan Kompetisi Masak Bersama Sejumlah Media
Di tengah kesibukannya itu, Dyah menerangkan, kemasan juga sangat berpengaruh terhadap penjualan produk buatannya.
“Banyak faktor yang harus diperhitungkan, misalnya rasa, bahan yang benar-benar bermutu, kemasan, serta warna dan pemasaran,” katanya.
Sebelum mengakhiri perbincangan, Dyah juga memberi tips untuk para wirausahawan muda yang masih mencoba mengembangkan produk.
“Intinya jangan takut gagal, tetap semangat, masalah laku atau tidak jangan terlalu dipikirkan, yang paling penting adalah percaya diri terlebih dahulu,” tandasnya.