SEMARANGSELATAN, AYOSEMARANG.COM -- Momen juara PSIS Semarang dalam memenangi Kompetisi Perserikatan di tahun 1987 sudah berjalan selama 30 tahun lebih.
Pada Minggu 13 Maret 2022 nanti, momen juara PSIS Semarang di tahun 1987 itu sudah tepat berusia 35 tahun.
Namun meski sudah 35, prestasi PSIS Semarang itu mungkin jadi kebanggaan sampai saat ini dan bakal terus diingat.
Ayosemarang.com menanyai eks punggawa PSIS Semarang yang tergabung dalam skuad saat membawa PSIS Semarang di tahun tersebut.
Baca Juga: Rilis Single Silhoutte, Rubber Heat Ingin Kisahkan Orang-orang yang Dianggap Sepele
Abidar Sudaryanto saat ditanyai pada Rabu 9 Maret 2022 menyampaikan jika masih bangga sampai saat ini, baik secara individu maupun team.
"Kami bisa mengharumkan Kota Semarang dan lebih hebatnya adalah para pemainnya dari anggota klub lokal PSIS perserikatan pada saat itu," ucapnya.
Bagi Abidar mungkin banyak momen penting yang tidak dia lupakan namun yang jelas hal paling berkesan adalah kebersamaan tim yang sudah bersama sejak tahun 1984.
"Perjalanan panjang dan melelahkan. Senang dan kompak. Antara pengurus dan pemainnya cukup guyub dan yang penting akhirnya bisa juara," ucapnya.
Baca Juga: Resmikan Masjid At-Thohir, Jokowi: Manfaatkan untuk Tingkatkan Wawasan Keislaman
Kemudian pengakuan lain disampaikan oleh Sartono Anwar. Pelatih yang dianggap profesor oleh banyak orang ini menyampaikan jika dia kerap mengingat memori di tahun-tahun itu.
Belakangan saat menghabiskan masa tuanya di Kota Semarang, Sartono mengaku memorinya kerap melayang-layang ke tahun itu. Yang paling menyentil, akhir-akhir ini dia heran kenapa anak-anak asuhnya mau ikut instruksinya.
“Saya itu dulu kalau melatih suka misuh-misuh. Kasar. Namun tidak tahu kenapa pada nurut. Saya ingin menanyakan itu kalau ketemu mereka,” kata ayah dari asisten pelatih Timnas Indonesia Nova Arianto itu.
Baca Juga: Ini Data Korban Jiwa Warga Jawa Tengah yang Kecelakaan di Kairo
Saat di PSIS Semarang Sartono Anwar banyak membawa permainan modern ke dalam tim. Bahkan di tahun itu karena menempa fisik pemainnya dengan baik, PSIS Semarang sempat dijuluki tim Jago Becek.
Kenangan tentang tahun 1987 kemudian disampaikan oleh center bek PSIS Semarang Yuli Setiabudi. Kalau Yuli kini mengenang dengan biasa saja dan sudah tidak terlalu euforia.
"Itu sudah terlewat lama. Kalau dibilang bangga ya bangga tapi untuk saat ini ya sudah. Saya fokus untuk ibadah saja dan menghabiskan hari tua," ujar Yuli saat ditemui di rumahnya beberapa waktu yang lalu.
Baca Juga: Spesifikasi iPad Air 2022, Usung Chipset M1 dan Memori hingga 256 GB
Selain Yuli satu yang menarik adalah pengakuan dari Agus Santoso. Kalau Agus, perasaannya tentang juara di tahun 1987 mungkin tidak seperti Sudaryanto atau rekan-rekannya yang lain.
Pasalnya saat PSIS Semarang juara di tahun itu, dia tidak banyak bermain. Bahkan di final dia hanya pemanasan dan tidak jadi masuk lapangan.
Namun Agus kelak mengakui jika dia tidak mendapat tempat di PSIS Semarang.
"Saya tidak mengikuti pola Sartono. Saya suka main bola-bola long," akunya.
Agus di akhir musim mengundurkan diri dari PSIS Semarang dan malah tenar lalu berprestasi di Saribumi Raya Yogyakarta.***