semarang-raya

“Ibu Tidak Mengetuk Pintu”: Sepenggal Cinta yang Abadi dalam Puisi-Puisi Sinta Pramucitra

Minggu, 20 Juli 2025 | 19:07 WIB
Peluncuran buku berjudul "Ibu Tidak Mengetuk Pintu" karya Sinta Pramucitra. (dok.)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM – Di sebuah senja yang sederhana, namun penuh makna, sebuah buku lahir dari rahim perasaan. Ibu Tidak Mengetuk Pintu, demikian judulnya—kumpulan puisi pertama karya Sinta Pramucitra yang resmi diluncurkan pada Jumat (18/7/2025).

Di tengah lantunan musik dan bisik lirih pembacaan puisi, terselip getar-getar hati yang sulit dijelaskan dengan kata. Buku ini bukan sekadar lembar demi lembar sajak—ia adalah rekam jejak cinta seorang ibu yang tak bersuara, namun selalu ada.

Psikolog Lucky Ade Sessiani, M.Psi., menyebut buku ini sebagai wujud paling jujur dari cinta tak bersyarat. “Setiap orang punya ruang di dalam batin yang perlu disapa, dipeluk. Bagi sebagian, ruang itu disentuh lewat tulisan. Inilah cara Sinta menyalurkan perasaannya—dengan kata yang mengalir hangat dan menggetarkan,” ucapnya lembut, saat diskusi berlangsung.

Baca Juga: Ide Lomba 17 Agustus untuk Anak TK, Ada Balap Karung, Memasukkan Paku ke Botol, Makan Kerupuk, Balap Kelereng, dan Joget Balon

Buku ini hadir dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Proses penerjemahan puisi dilakukan penuh kehati-hatian oleh Kahar DP dari Balai Bahasa Jawa Tengah. “Menerjemahkan puisi seperti menyentuh jiwa orang lain. Kita tak hanya memindahkan arti, tapi juga rasa. Dan puisi-puisi Sinta ini sangat dalam—penuh luka yang ditutup rapi oleh kasih,” tuturnya lirih dalam sesi yang dipandu Tegsa Teguh Satriyo dari Dewan Kesenian Semarang.

Sinta sendiri menuturkan, puisi-puisi itu ia tulis dalam rentang 2019–2021, masa yang ia sebut sebagai masa bertahan hidup. Dalam bisikan batinnya, ia menyusun kata demi kata untuk tidak hanya meluapkan rasa, tapi juga menyembuhkan.

“Semoga buku ini bisa menjadi ruang pulang... bagi siapa pun yang lelah. Tempat berdiam sejenak, menyeduh batin yang hangat, dan mungkin... mengenang sosok Ibu yang tak pernah benar-benar pergi,” ucapnya dengan mata berkaca.

Baca Juga: Duka Guru Ngaji Ahmad Zuhdi yang Didenda Rp25 Juta Berbuah Berkah, Dapat Umroh Gratis

Malam peluncuran itu ditutup dengan magis. Sinta membacakan dua puisinya yang mengalun bersama petikan gitar Pohon Sarjono. Ada keheningan yang menggantung, sebelum kemudian pecah dalam tepuk tangan penuh rasa. Pendongeng Kak Slam dan musisi-penulis Muhamad Munawwir turut hadir, melengkapi malam dengan suara-suara yang mengisi ruang hati yang kosong.

Dan malam itu, Ibu Tidak Mengetuk Pintu tidak sekadar buku. Ia menjelma menjadi pelukan—sunyi, hangat, dan menyentuh nurani.***

 

Tags

Terkini