Gerakan Ayah Mengambil Rapor di Semarang Jadi Momen Emosional, Anak Merasa Lebih Diperhatikan

photo author
- Jumat, 19 Desember 2025 | 14:19 WIB
Suasana pengambilan rapor siswa di SDN Pekunden, Kota Semarang, Jumat 19 Desember 2025, yang dihadiri para ayah dalam program Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak ke Sekolah (GEMAR). (Ayosemarang/Paskah Widi)
Suasana pengambilan rapor siswa di SDN Pekunden, Kota Semarang, Jumat 19 Desember 2025, yang dihadiri para ayah dalam program Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak ke Sekolah (GEMAR). (Ayosemarang/Paskah Widi)

AYOSEMARANG.COM -- Pemkot Semarang mendorong keterlibatan aktif ayah dalam pendidikan anak melalui Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak ke Sekolah (GEMAR).

Program ini dirancang untuk memperkuat peran keluarga, khususnya ayah, dalam mendukung tumbuh kembang serta proses pendidikan anak di lingkungan sekolah.

Implementasi GEMAR terlihat di SDN Pekunden, Kota Semarang, pada Jumat 19 Desember 2025.

Dalam program ini, para ayah didorong hadir langsung ke sekolah saat pengambilan rapor, berkomunikasi dengan guru, serta memahami perkembangan akademik dan perilaku anak secara lebih menyeluruh.

Baca Juga: Aksi Jambret HP Siang Bolong di Madukoro Semarang, Pelaku Ditangkap Warga

Kehadiran ayah di sekolah diharapkan mampu membangun komunikasi yang lebih efektif antara orang tua dan tenaga pendidik.

Selain itu, sekolah diposisikan sebagai ruang strategis untuk memperkuat keterlibatan ayah dalam proses pendidikan, sekaligus membangun relasi emosional yang lebih kuat di dalam keluarga.

Program GEMAR dilatarbelakangi oleh kesadaran akan pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak.

Selama ini, keterlibatan ayah dalam aktivitas pendidikan kerap dinilai masih minim, sementara tanggung jawab pendampingan anak lebih banyak dibebankan kepada ibu.

Salah satu orang tua siswa, Dimas, mengaku baru pertama kali mengambil rapor anaknya secara langsung setelah mengetahui adanya program GEMAR dari pihak sekolah.

Baca Juga: 3 Naturalisasi Siap Tempur, PSIS Semarang Percaya Vizcarra, Dutra, dan Beto

“Menurut saya nggak ada masalah juga sih. Programnya baik, cuma memang mungkin ada bapak-bapak yang kerja dan sibuk. Jadi menurut saya sebenarnya nggak harus ayah juga, ibu juga nggak apa-apa. Tapi kalau ada program ini ya aman-aman saja,” ujarnya.

Meski baru pertama kali hadir, Dimas mengaku merasakan manfaat dari keterlibatannya secara langsung di sekolah. Ia bisa melihat suasana belajar anaknya sekaligus memahami lingkungan kelas yang selama ini hanya diketahui dari cerita di rumah.

“Jadi tahu suasana sekolahnya, kelasnya seperti apa. Anak saya juga jadi tahu, ternyata ayahnya bisa datang ke sekolah, senang dia,” katanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: adib auliawan herlambang

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X