semarang-raya

Bang Simon, si Penggila Tarkam: dari Lapangan Kampung Menuju Mimpi Revolusi Sepakbola Semarang

Senin, 24 November 2025 | 18:14 WIB
Edi Tiarmon atau yang akrab disapa Bang Simon punya mimpi besar terhadap sepakbola di Semarang. Untuk mewujudkannya dia mulai dari sepakbola antar kampung (tarkam). (KKS)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Lapangan Rowojati, Ngaliyan Kota Semarang beberapa minggu ini cukup ramai. Ada satu turnamen bertajuk Praliga Copa KKS Piala Bang Duta yang menarik perhatian mereka untuk datang.

Pertandingan biasanya dimulai pukul 14.30 WIB. Tapi lapangan baru ramai pada pukul 15.30 WIB sembari menunggu matahari benar-benar turun.

Pertandingan bola di kampung-kampung seperti ini bukan sekadar permainan dari kaki ke kaki, tapi bagi warga ini hiburan yang tak patut dilewatkan.

Ketika warga bersiap menyaksikan pertandingan di sisi lapangan ada seorang pria dengan dandanan nyentrik. Memakai topi kobi dan kemeja, lalu bersepatu pantofel. Pria itu bernama Edi Tiarmon (52).

Edi Tiarmon lingkaran sepak bola akar rumput lebih dikenal sebagai Bang Simon atau Bang Duta, panggilan itu bukan sekadar asbun (asal bunyi), tapi muncul dari reputasinya yang kemudian bikin respek banyak orang.

Datang ke Semarang pada tahun 1992, Bang Simon melakoni kehidupan pasang surut. Memulai langkah sebagai pedagang di Pasar Johar, dia mencoba mengambil jalan lain sebagai developer property.

Tahun-tahun berjalan, jalannya cukup terang. Upayanya dalam bisnis property berbuah hasil. Lalu sebagai katarsis, Simon punya hobi lain yakni sepakbola.

“Aku ini gila bola dari dulu,” ujarnya sambil tertawa. “Tapi yang paling aku suka itu sepak bola kampung. Lebih jujur, lebih hidup, dan orang-orangnya berjuang sungguhan," ungkapnya saat ditemui Senin 24 November 2025.

Awalnya, Bang Simon hanya seorang penonton setia. Ia kerap menyusuri daerah-daerah di sekitar Jawa Tengah hanya untuk menonton tarkam. Di pinggir lapangan, ia menemukan semangat yang menurutnya tak bisa dijumpai di stadion besar.

“Di tarkam itu semua orang terlibat. Pedagang, panitia, pemain, warga. Rasanya hidup sekali,” katanya.

Kegemaran itu kemudian bertemu dengan jejaring sepak bola Semarang, dan dari situlah “gila bolanya” naik level. Ia bukan lagi sekadar penonton; Bang Simon mulai ikut mendanai berbagai turnamen, membantu tim-tim lokal, bahkan menginisiasi gelarannya sendiri.

Menurutnya, citra tarkam yang sering dianggap “kumuh” justru menutupi dampak ekonomi yang sebenarnya besar.

“Orang lihat tarkam itu jelek padahal efek dominonya luar biasa. UMKM jalan, panitia dapat pemasukan, pemain bisa cari nafkah. Satu pertandingan saja bisa bantu banyak orang," terangnya.

Sebagai orang yang gila bola, Bang Simon juga sempat rajin berkegiatan di beberapa klub sepakbola di Semarang khususnya PSPM dan sekarang Komunitas Klub Sepakbola (KKS). Bersama KKS, Bang Simon banyak menginisiasi berbagai pertandingan tarkam.

Halaman:

Tags

Terkini