Dan di setiap sudut lapangan tarkam yang ia datangi, selalu ada satu ciri khas: seorang pria berusia 52 tahun, berdiri di pinggir garis, mata menyala, menikmati pertandingan seolah ia sedang menonton final Liga Champions.
“Aku cuma ingin sepak bola kembali ke orang-orangnya. Karena sepak bola itu milik semua," tutupnya.