SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Perkembangan kinerja fiskal regional Jawa Tengah diwarnai dengan optimisme. APBN hingga bulan Desember 2024 mencatat kinerja optimis dengan Penerimaan APBN Jawa Tengah berhasil mencapai Rp122,2 triliun. Capaian ini berhasil melampaui target Rp119,88 triliun (101,94 persen dari target).
Begitu pula capaian Belanja APBN yang tumbuh optimis dengan realisasi sebesar Rp114,46 triliun (96,05 persen dari pagu) tumbuh 4,99 persen (yoy).
Kepala Kanwil DJPb Jawa Tengah Bayu Andy Prasetya mengungkapkan, capaian belanja ini terdiri dari Belanja Kementerian Lembaga (K/L) mencapai Rp44,63 triliun (91,59 persen dari pagu) dan Belanja TKD mencapai Rp69,83 triliun (99,13 persen dari pagu).
Sementara itu, dari sisi APBD Jawa Tengah, Pendapatan Daerah berhasil mencapai realisasi sebesar Rp109,85 triliun (94,81 persen dari target) dan Belanja Daerah dengan realisasi Rp106,44 triliun (88,81 persen).
Kontribusi realisasi TKDD terhadap pendapatan APBD sampai dengan 31 Desember 2024 sebesar Rp69,83 triliun atau 64,15 persen dari total realisasi pendapatan APBD.
"Ini menunjukkan bahwa TKDD masih menjadi salah satu sumber pendapatan utama bagi Jawa Tengah. Hal ini mencerminkan pentingnya dukungan dari pemerintah pusat dalam mendorong pembangunan daerah termasuk penyediaan layanan publik di Jawa Tengah," ujar Bayu dikutip dari YouTube Kanwil DJPb Jateng, Jumat 31 Januari 2025.
Disampaikan, kinerja dan fokus APBN 2024 telah dirancang untuk menghadapi tantangan dinamika ekonomi global sekaligus mendorong kemajuan di tingkat domestik, termasuk di Jawa Tengah.
Dalam situasi gejolak global, APBN 2024 dioptimalkan sebagai shock absorber untuk melindungi masyarakat, menjaga momentum pertumbuhan ekonomi daerah, serta mendukung agenda pembangunan di Jawa Tengah secara maksimal.
Bayu menjelaskan, meski ketidakpastian global pada tahun 2024 masih tinggi, namun ekonomi Indonesia, termasuk Jawa Tengah, tetap menunjukkan resiliensi.
Ketidakpastian global ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti El Nino, tensi geopolitik, dan perlambatan ekonomi global.**