AYOSEMARANG.COM -- Kementerian Kebudayaan memastikan program revitalisasi Keraton Surakarta Hadiningrat tetap dilanjutkan meski sempat diwarnai konflik internal keluarga Keraton Solo.
Pemerintah menegaskan, agenda revitalisasi tersebut merupakan kepentingan nasional dalam menjaga kelestarian cagar budaya sekaligus mendorong pengembangan pariwisata berbasis sejarah dan budaya.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan bahwa Keraton Solo memiliki nilai historis tinggi dan peran strategis sebagai ikon budaya Jawa.
Baca Juga: Punya Sejarah Panjang, Fadli Zon Siapkan Revitalisasi Gedung Sarekat Islam Semarang
Karena itu, program revitalisasi tetap dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan tanpa terpengaruh dinamika internal yang terjadi di lingkungan keraton.
Sejumlah proyek revitalisasi utama di kawasan Keraton Surakarta telah diselesaikan. Salah satu yang menjadi fokus utama adalah perbaikan Bangsal Sangga Buwana, bangunan ikonik yang memiliki nilai simbolik dan sejarah penting bagi Keraton Solo.
“Revitalisasi di Keraton Solo kemarin yang kami selesaikan, yang agak mayor itu Bangsal Sangga Buwana, sudah selesai,” ujar Fadli Zon usai meninjau Gedung Sarekat Islam di Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat 19 Desember 2025.
Selain bangsal utama, Kementerian Kebudayaan juga telah menyelesaikan tahap pertama revitalisasi Museum Keraton Solo. Museum tersebut menjadi salah satu titik penting dalam upaya pelestarian artefak, manuskrip, serta narasi sejarah Kerajaan Surakarta Hadiningrat.
“Museum Keraton Solo tahap pertama sudah selesai. Nanti akan kami lanjutkan dan kami lihat bagian-bagian lain, karena memang cukup banyak yang perlu direvitalisasi,” katanya.
Baca Juga: Wings Air Hidupkan Lagi Rute Solo–Bandung dan Solo–Surabaya
Di tengah konflik internal yang sempat mencuat, Fadli Zon menegaskan bahwa pelaksanaan revitalisasi sejauh ini berjalan relatif kondusif dan tidak mengalami kendala berarti hingga tahap penyelesaian proyek.
“Sejauh ini berjalan cukup baik dan kondusif sampai selesai kemarin,” ujarnya.
Meski demikian, ia berharap konflik internal di lingkungan Keraton Surakarta tidak kembali terulang. Menurutnya, keharmonisan internal menjadi faktor penting agar program pelestarian budaya dapat berjalan optimal.
“Kami berharap ke depan tidak ada konflik seperti yang pernah terjadi. Kami harapkan kondusif, karena sebenarnya keluarga itu bermusyawarah, musyawarah untuk mufakat. Semuanya kan saudara,” tuturnya.