nasional

Prabowo Ucapkan “ Ndasmu”, Ahli Bahasa UNNES: Penanda Superioritas dan Kemalasan Berargumentasi

Jumat, 21 Februari 2025 | 08:55 WIB
Peneliti bahasa dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) Rahmat Petuguran. (dok Pribadi.)

 

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM-
Penggunaan kata "ndasmu" oleh Presiden Prabowo Subianto menuai kontroversi. Peneliti bahasa dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) Rahmat Petuguran menjelaskan kontroversi tersebut terjadi karena makian tersebut cenderung agresif dan tidak seleras dengan nilai yang berlaku di masyarakat.

“Kata ndasmu adalah kata makian yang di-generate dari bagian tubuh. Status sumbernya sama dengan dengkulmu, raimu, matamu, pukimak, juga bagian tubuh lain yang merujuk pada alat kelamin,” katanya, Jumat 21 Februari 2025.

Namun, meski sumbernya sama, kata “ndasmu” punya bobot kekasaran lebih dalam gradasi semantik. Itu karena makna kata makian terikat dengan makna kulturalnya. Kata ndasmu memiliki bobot keagresifan lebih tinggi karena berkaitan dengan bagian tubuh yang secara kolektif melambangkan kehormatan.

“Kata matamu dan dengkulmu, biasanya digunakan untuk menyerang tindakan atau keputusan yang dinilai buruk. Kata ndasmu punya bobot keagresifan karena cenderung digunakan untuk menyerang kehormatan,” lanjutnya.

Di Indonesia sendiri, lanjut Rahmat, kata makian memiliki banyak sekali sumber. Tiga sumber yang paling populer adalah Binatang, bagian tubuh, dan hubungan kekerabatan. Selain tiga sumber itu, sumber-sumber lain yang nggak kalah produktif, misalnya situasi, benda, makhluk halus, profesi, dan aktivitas. Karena Bahasa bersifat produktif, tiap generasi biasanya memiliki kata makian khas yang berlaku secara terbatas.

Seperti bahasa pada umumnya, kata makian punya banyak fungsi dalam aktivitas komunikasi. Fungsi itu ditentukan oleh konteks mental, sosial, dan kultural ketika kata itu digunakan.

"Dalam komunikasi politik, saya melihat kata makian digunakan untuk dua tujuan, yaitu penanda superioritas dan kegagalan berargumentasi. Sebagai penanda superioritas, kata makian digunakan untuk menegaskan posisi penutur yang powerfull. Di sisi lain, itu menunjukkan kemalasan berargumentasi dalam menjawab kritik," ungkap Rahmat.

Menurut Rahmat, kritik terhadap kabinet gemuk sebenarnya bisa dijawab dengan data dan argumentasi. Misalnya dengan menunjukkan data pembanding, anggaran yang diperlukan, atau penjelasan bahwa anggaran yang dibelanjakan akan sebanding dengan efektivitas dalam mencapai target kinerja.

"Sayangnya, argumentasi tersebut tidak digunakan," katanya.***

Tags

Terkini