"Kami sengaja mengundang para ulama untuk merayakan tasyakuran Fakultas Kedokteran Unwahas yang berhasil mendapat predikat terbaik. Syukur yang sama juga karena pernikahan dengan Dr. Hj Nur Kusuma Dewi sudah mencapai 37 tahun. Pokoknya disyukuri semua karena berbagai kenikmatan yang diterima keluarga kami," katanya.
Sesepuh Kota Semarang, Dr. KH. Ahmad Darodji M.Si., menjelaskan, semula Gubernur Jateng akan hadir dalam Maulid Diba tersebut. Namun karena sedang berdinas di Jakarta, Ganjar mengutus Gus Yasin.
Kiai Darodji mengakui, selama Gubernur Ganjar Pranowo dan Gus Yasin memimpin Jateng, kedekatan dengan ulama dan kampus perguruan tinggi sangat terasa.
"Yang jelas capaian zakat di Jateng menjadi percontohan tingkat nasional," kata Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng itu.
Baca Juga: 10 Kuliner Legendaris di Semarang, Wajib Dicoba dari Makan Pagi hingga Makan Malam
Kiai Darodji menjelaskan, Maulid Diba di Semarang sangat berbeda dengan di tempat lain. Karena yang membaca semua guru besar, profesor, dan doktor dari berbagai kampus perguruan tinggi di Kota Semarang.
Selain Dr. KH. Fadlolan Musyaffa, Maulid Diba dibaca Dr. KH. Anasom, M.Hum, Ketua PCNU Kota Semarang, Prof. Dr. KH. Mudzakir Ali, Rektor Unwahas, Prof. Dr. KH. Ahmad Rofiq, MA, Ketua PW Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jateng), Prof. Dr. H. Musahadi, Prof. Dr. H. Imam Yahya, dan Prof. Dr. H.` Solekhan.
Hadir dalam kesempatan itu mantan Gubernur Jateng, Ali Mufiz, para pimpinan Baznas RI dan Baznas Provinsi Jawa Tengah, serta para rektor perguruan tinggi dan ulama kiai di Kota Semarang.
Gus Yasin merasa gembira karena doa yang dipanjatkan para ulama dan kiai di Jateng diawali dengan membaca Maulid Diba.
"Guru-guru saya juga mengajarkan Maulid Diba tidak hanya dibaca bulan Maulid atau kelahiran Rasulullah tetapi dibaca untuk menyertai doa dalam berbagai hajat kehidupan," katanya.(*)