[Mbii, aku kejakarta sekarang! Aku tak peduli jika harus hilang disana! Aku akan mencari mu sampai ketemu!] Pesanku.
Kemudian dibalas.
Jangan sayang, batalkan kepergianmu ke Jakarta. Aku akan pulang besok!
[Kapan?] balasku singkat.
Besok malam, Sayang. Tunggu aku ya!
Kutelepon dia, masih tak diangkat. Lalu kuhujani mas Arif dengan pesan singkat.
Kirim tiket mu!
kukirim berulang pesan itu hingga dia merespon.
[Citilink 24/2, jam 17.00. Tunggulah di rumah! Isya nanti, aku sudah di rumah, Mbi] jawabnya.
Suasana hening di mobil. Dia menyetir dan aku duduk dikursi penumpang menatap jalan, tapi pikiranku entah kemana.
“Mau makan?”
“Kamu darimana?” jawabku
“Ok. Kita bicara di rumah, ya."
Setiap dia membuka percakapan aku terus menjawabnya dengan kalimat yang sama.
"kamu darimana?"
Dia ganteng sekali, rapi, bersih dan wangi. Suamiku memang cenderung metroseksual, dia sangat peduli akan penampilan. Tapi, bukan itu yang menbuatku jatuh cinta. Bukan fisik bukan pula harta.