JAKARTA, AYOSEMARANG.COM – Kondisi banjir rob kini sedang melanda di sebagian utara Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi pasang surut banjir rob dapat berlangsung hingga 25 Mei 2022. Banjir rob itu mulai terjadi sejak 14 Mei 2022.
Kondisi banjir rob sendiri terjadi di pesisir pantai Tegal, Wonokerto-Pekalongan, Pantai Sari-Pekalongan, Pantai Batang, Pantai Tawang Kendal.
Kondisi serupa juga terjadi di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jalan Raya Genuk Semarang-Demak, Pantai Karang tengah Demak, Pantai Rembang, dan pesisir Jawa Timur.
Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo mengatakan, sejak 13 Mei 2022, BMKG telah merilis informasi potensi banjir rob di beberapa wilayah Indonesia.
Hal itu bersamaan adanya fase bulan purnama dan kondisi Perigee (Jarak terdekat bulan ke bumi).
"Selain faktor curah hujan di beberapa wilayah, gelombang tinggi di Laut Jawa yang mencapai 1,25 - 2,5 meter juga memberikan dampak terhadap peningkatan banjir rob di wilayah tersebut," ujarnya seperti dikutip dari republika.co.id.
Baca Juga: Ramalan Zodiak 25 Mei 2022 : Libra, Scorpio dan Sagitarius Perubahan Status Ada di Depan Mata
Ia mengatakan, ketinggian banjir pesisir berbeda di tiap wilayah. Namun, kondisi ini secara umum dapat mengganggu aktivitas keseharian masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir, seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat.
Ia mengimbau masyarakat untuk menyiapkan upaya mitigasi dan adaptasi untuk mengantisipasi dampak dari banjir pesisir tersebut serta memperhatikan pembaruan informasi cuaca maritim dari BMKG.
Baca Juga: Kemenkes Pastikan Kasus Cacar Monyet Belum Masuk ke Indonesia
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa BMKG menerapkan paradigma preventive maintenance dalam menjaga kualitas produk data dan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Langkah ini dilakukan karena BMKG tidak ingin "kecolongan" dengan kejadian bencana alam.
"Tidak hanya penambahan instrumen alat saja, namun pemeliharaan seluruh peralatan operasional juga menjadi prioritas utama BMKG, terutama yang berkaitan dengan sistem peringatan dini," ujarnya.