“Misalnya kamu harus jual rumah, malah istrimu tidak punya rumah,” lugas Gus Baha.
“Nah caranya gimana? Kalau kamu sholeh beneran, ini masyhur ya, jadi yang gak bisa diampuni Allah itu dain (hutang), bahkan Nabi tidak bersedia menyalati orang punya hutang,” kata Gus Baha.
“Jadi cerita hutang seperti ini, saya tidak main-main soal fatwa ini, Nabi itu, orang syahid saja dain (hutang)nya dihisab apalagi yang tidak mati syahid,” sambung Gus Baha
“Walhasil Nabi datang di rumah salah satu sahabat, kemudian bertanya: ‘apa punya hutang?’, kemudian dijawab ‘punya ya Rasulullah, dua dirham’.”
“Setelah itu nabi bilang, ‘temanmu sholati!’, nabi tidak bersedia menyalati tapi menyuruh sahabat menyalati,” ungkap Gus Baha.
Baca Juga: Ustaz Abdul Somad Komentari Pembunuhan Brigadir J, Bikin Bulu Kuduk Merinding
Nabi ternyata enggan menyalatkan orang yang masih memiliki hutang, namun ketika ada yang sudah menanggung hutang si mayit, nabi kemudian berbalik untuk menyolatkan si mayit.
“Masalahnya orang miskin yang tidak bisa bayar hutang kemungkinan anaknya untuk membayarkan kecil juga,” kata Gus Baha.
“Menurut saya, dan ini ada di hadits shahih, ada orang kekasih Allah, hutangnya banyak, setelah itu ditagih dan dimaki-maki oleh orang-orang yang menghutangi itu,” sambung beliau.
“Allah menunjukkan satu surga yang luar biasa, Nabi kemudian ditanya itu surga untuk siapa? Dijawab itu surga bagi siapa saja yang membebaskan hutang orang yang berhutang padanya,” tegas beliau.
Dari kisah tersebut, Gus Baha menjelaskan bahwa ketika menghutangi orang sholeh dan ia tidak sanggup membayar, maka yang menghutangi juga akan ikut masuk surga.
“Akhirnya orang yang menghutangi ikut masuk surga, berkahnya menghutangi,” tutup beliau.
Baca Juga: HEBOH! Ini Sebab Ustadz Adi Hidayat Sebut Mie Gacoan Makruh, Karena Nama Menu Serba Setan dan Iblis?
Itulah tadi penjelasan Gus Baha bagi orang yang masih punya hutang hingga meninggal dunia, tetap dihisab kecuali yang menghutangi dengan ikhlas membebaskan hutang si mayit.*** (PortalSulut/ Indah Wahyuningsih)