AYOSEMARANG.COM -- Tradisi memelihara burung di Indonesia sudah cukup lama, bahkan di era kolonial burung peliharaan dapat menunjukkan status sosial seseorang.
Jika kita perhatikan di setiap kota besar di Indonesia selalu kita dapati adanya pasar burung, pada sebuah pasar itu pasti ada penjual dan pembeli, begitu juga dengan pasar burung pasti ada pedagang burung dan pembelinya.
Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa penggemar hewan peliharaan berjenis burung itu sudah ada sejak dulu.
Baca Juga: Jangan Salah, 5 Ciri Perkutut Bangkok yang Jarang Pecinta Burung Tahu
Begitu juga yang terjadi pada dekade ini banyak orang masih berkecenderungan gemar memelihara burung, dengan berbagai jenis burung yang ada.
Pada masing-masing orang akan berbeda kegemarannya pada burung tergantung dari sudut mana dia melihatnya, bisa dari kicauannya, warna bulunya, keunikannya, dan lain sebagainya.
Para penggemar burung dengan jenis yang sama biasanya mereka akan membentuk sebuah komunitas, yang bertujuan untuk saling berbagi informasi tentang burung dimaksud.
Kegemaran manusia pada burung pun dengan berbagai alasan kecintaan, gengsi, dan tak ketinggalan untuk menunjukkan status sosial.
Baca Juga: Giras Banget, 3 Cara Menjinakkan Burung Murai Batu Liar Hasil Tangkapan di Hutan
Dari alasan inilah yang kadang orang bertindak tidak logis, dengan menyematkan nilai nominal pada seekor burung yang di luar batas kewajaran, hanya karena kicauannya yang indah menurut standarnya.
Sampai dengan pada satu titik di mana manusia tidak berpikir panjang untuk mengeluarkan sejumlah dana yang fantastis hanya untuk menyalurkan kegemarannya pada kicauan seekor burung.
Dengan pertimbangan nilai ekonomi ini akhirnya orang berbondong-bondong untuk menangkarkannya, dengan mengatasnamakan pecinta burung.
Kemampuan Burung
Seperti yang kita ketahui pada sebuah penangkaran, sudah dapat dipastikan burung akan ditempatkan pada satu sangkar yang terbatas.