Fluktuasi Harga Kedelai, Gakoptindo: 20 Persen Perajin Tahu Tempe Terpaksa Berhenti Produksi

photo author
- Jumat, 11 Februari 2022 | 20:23 WIB
[ilustrasi] Pengrajin Tempe ( Ayobandung/Kavin Faza)
[ilustrasi] Pengrajin Tempe ( Ayobandung/Kavin Faza)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM -- Adapun fluktuasi harga kedelai impor menjadi perhatian tersendiri bagi Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia, Gakoptindo.

Gakoptindo meminta Kementerian Perdagangan, Kemendag agar dapat menetapkan harga kedelai impor setiap bulan demi meredam fluktuasi harga kedelai.

Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifuddin mengatakan, fluktuasi harga kedelai beberapa waktu terakhir membuat usaha produksi tahu dan tempe semakin tertekan.

Baca Juga: Ada Penurunan Produksi Kedelai, Kemendag: Harga Tahu dan Tempe Diprediksi Bakal Naik di Momen Ramadan

"Harga kedelai impor yang diatur oleh importir pada umumnya naik. Pernah dalam sepekan tujuh hari (harga kedelai) naik lima kali. Tolong harga kedelai dibuat stabil minimal sekali sebulan," ujarnya, seperti dilansir dari republika.co.id, Jumat 11 Februari 2022.

Aip menerangkan, sebelumnya terdapat sekitar 195 ribu perajin tahu tempe skala rumahan di Indonesia.

Sekitar 20% atau 30 ribu perajin harus gulung tikar berhenti produksi lantaran adanya kenaikan harga kedelai yang tinggi.

Mereka yang berhenti produksi umumnya yang menggunakan kedelai sekitar 10 kg-20 kg per hari.

"Hari ini dia beli 20 kg, lalu dibikin jadi tahu dan tempe, begitu besok dia mau beli lagi 20 kg, penghasilannya itu tidak cukup karena harga kedelai sudah naik," katanya.

Baca Juga: Tergolong Aman, Inilah 6 Kelebihan Sirkuit Mandalika Menurut Simon Crafar

Perajin yang saat ini bisa bertahan yakni yang mereka yang rata-rata menggunakan minimal 100 kg kedelai setiap hari.

Bagi mereka, mengurangi ukuran tahu dan tempe agar harga jual tetap dapat dipertahankan stabil masih bisa menjadi solusi menghadapi naiknya harga kedelai.

Aip menuturkan, saat ini harga kedelai yang diterima oleh pengrajin sudah lebih dari Rp11 ribu per kg. Di luar Jawa, harga bahkan bisa mencapai Rp12 ribu per kg.

"Harga tahu dan tempe yang diproduksi kalau dengan harga kedelai Rp 11 ribu per kg, lalu kami jual tempe Rp 11.500 per kg, itu hampir tidak ada untung. Habis. Tidak ada cerita upah pekerja karena memang dikerjakan sendiri," terangnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Vedyana Ardyansah

Sumber: republika.co.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X