Meski tekanan ban yang terlalu tinggi sering dianggap lebih aman, kondisi ini juga menyimpan sejumlah risiko:
1. Cengkeraman ban berkurang
Ban yang terlalu keras hanya menyentuh jalan pada bagian tengahnya saja. Akibatnya, daya cengkeram menurun dan ban menjadi lebih mudah terpeleset, terutama di jalan yang licin atau bergelombang.
2. Ketidaknyamanan berkendara
Ban dengan tekanan berlebih tidak mampu meredam getaran secara optimal. Akibatnya, guncangan dari jalan akan lebih terasa di kabin, sehingga kenyamanan berkendara berkurang drastis.
3. Aus tidak merata
Karena tekanan hanya terpusat di tengah ban, bagian tersebut akan lebih cepat aus. Hal ini dapat memperpendek usia pakai ban dan menimbulkan biaya penggantian lebih cepat dari seharusnya.
Baca Juga: Jelang Mayday, Ahmad Luthfi Keluarkan 3 Program Keberpihakan untuk Buruh
Mana yang Lebih Berbahaya?
Jika harus memilih mana yang lebih berbahaya di antara keduanya, maka ban yang kurang angin bisa dikatakan memiliki risiko yang lebih tinggi, terutama dalam konteks kecepatan tinggi. Risiko ledakan akibat suhu panas berlebih merupakan ancaman nyata yang sering kali menjadi penyebab kecelakaan di jalan tol.
Meski begitu, kelebihan angin juga tidak boleh diremehkan. Ban yang terlalu keras bisa membuat kendaraan tidak stabil saat melaju kencang, terutama saat menghantam lubang atau berganti jalur dengan cepat. Jadi, kunci utamanya adalah memastikan tekanan ban berada dalam batas ideal sesuai rekomendasi pabrikan.
Tips Aman Mengatur Tekanan Ban
Untuk menjaga keselamatan berkendara, berikut beberapa tips sederhana namun penting dalam mengelola tekanan angin ban:
1. Periksa tekanan ban secara berkala, setidaknya seminggu sekali.
2. Selalu gunakan alat ukur tekanan ban yang akurat.