Bohopanna, Brand Lokal Fashion Anak Asal Semarang: Lahir dari Kegelisahan Seorang Ibu

photo author
- Selasa, 3 Juni 2025 | 07:29 WIB
Pemilik brand fashion anak “Bohopanna” asal Semarang. Devy Natalia, saat di podcast Cerita Joni  di youtube JNE_ID. (dok.)
Pemilik brand fashion anak “Bohopanna” asal Semarang. Devy Natalia, saat di podcast Cerita Joni di youtube JNE_ID. (dok.)

 

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Siapa sangka brand fashion anak “Bohopanna” adalah brand lokal asal Semarang. Perjalanan Bohopanna mulai dari lahir hingga saat ini, diceritakan langsung oleh sang owner, Devy Natalia, dalam program podcast Cerita Joni di youtube JNE_ID yang mengangkat kisah-kisah inspiratif entrepreneur dan UMKM di Indonesia.


Devy bercerita banyak mengenai Bohopanna, yang memiliki Headquarter di Srondol Kulon, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.

Bohopanna didirikan pada 2017 lalu oleh Devy Natalia dan Irene Kristi yang untuk menciptakan berbagai produk untuk bayi dan anak yang dibuat dari material premium yang comfortable dan affordable. Usaha ini tercetus karena pengalaman sang owner yang saat itu kesulitan mencari pakaian untuk anaknya yang akan lahir.

Baca Juga: Sepak Bola Tak Sekadar Hiburan, BRI Liga 1 2024/2025 Tunjukkan Dampak Nyata untuk UMKM

Sebagai brand fashion anak, Bohopanna memiliki keunikan tersendiri. Tidak sekedar memikirkan bagaimana membuat si kecil kelihatan lucu. Namun juga memberi kesempatan orang tua berekspresi untuk penampilan anak melalui pilihan warna.

"Saat aku hamil tahun 2016, waktu itu yang aku pikirkan bukan tentang persiapan kelahiran anak dan lainnya. Namun aku kepingin anakku setiap satu minggu bahkan setiap hari ada foto yang bagus-bagus. Aku lihat, di Instagram banyak itu foto yang bagus-bagus. Aku pelajari, bahwa kalau ingin bagus ya bajunya dan sprei," kata Devy.

Devy pun lalu mulai mencari baju anak, baik di Semarang maupun daerah lain, secara online maupun langsung datang. Namun, ia tidak menemukan model yang sesuai dengan keinginan dan imajinasinya. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk beli produk secara online dari luar negeri. Tentu hal itu butuh uang lebih karena harga yang mahal dan terkena pajak. Belum lagi waktu pengiriman yang cukup lama. Dari situ terpikirlah untuk menghadirkan produk fashion anak kualitas premium.

"Setelah beli produk impor itu saya berpikir kayaknya kita bisa bikin sendiri, apalagi tinggal di Semarang, dekat Ungaran yang terkenal dengan industri garmen" lanjutnya.

Sebelum sukses dengan bisnis pakaian anak, Devy pernah menjadi pekerja lepas sebagai event organizer, membuat kerajinan scrapbook hingga terjun ke dunia properti untuk membuat dessert table.

Sejak memutuskan untuk merintis bisnis fashion anak tersebut, ia optimistis bisnis itu akan terus berkembang. Tentunya dengan berbagai inovasi yang dilakukan.

Selain pakaian anak, ada juga produk keluarga, misalnya pakaian untuk anak yang dipadukan dengan pakaian sang ibu. Maupun paket produk fashion untuk satu keluarga. Pada intinya produk yang ditawarkan selalu berkaitan dengan anak. Tidak ada produk khusus untuk dewasa.

Devy mengaku dalam mengembangkan bisnis tersebut banyak tantangan yang harus dihadapi. Baik mulai dari awal merintis, maupun tengah proses pengembangan usaha.

Menurutnya tantangan terberat saat merintis usaha yakni mengatasi konflik dengan partner. Bagaimana caranya menemukan ritme yang bagus dengan partner.

"Untungnya aku dan Irene sama-sama logis. Tadinya aku urus produksi, kemudian Irene urus marketplace, jualan. Ternyata setelah berapa lama, kita tukeran. Sekarang sudah berkurang konfliknya karena mungkin sudah menemukan ritme, sudah saling percaya," kata dia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X