AYOSEMARANG.COM – Para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kota Yogyakarta terus didorong untuk beradaptasi dengan perubahan zaman. Pergeseran perilaku konsumen yang semakin mengarah ke ranah digital perlu diikuti, namun tanpa melupakan pentingnya menjaga jalur penjualan luring atau offline.
Data dari Dinas Perindustrian, Koperasi, dan Usaha Kecil dan Menengah (DisperkopUKM) Kota Yogyakarta mencatat bahwa 85 persen pelaku usaha kini sudah memasarkan produknya melalui platform daring. Sementara itu, 15 persen lainnya masih mengandalkan transaksi secara konvensional.
Tri Karyadi Riyanto Raharjo, Kepala DisperkopUKM Kota Yogyakarta, menegaskan bahwa perubahan ini perlu direspon dengan langkah kreatif. UMKM diminta untuk tidak hanya sekadar menjual barang, tetapi juga membangun nilai cerita dari produk mereka. "Kami berpesan bahwa UMKM khususnya di Kota Yogyakarta jangan sekedar bisa membuat produk, buatlah produk sesuai selera konsumen, artinya UMKM ada sebuah tuntutan agar selalu berinovasi dan berkreasi. Inovasi ini mencakup modifikasi produk dan inovasi cara promosi, menjadikan UMKM Yogyakarta harus multitalent," ujarnya dalam acara temuwicara Pertamina SMEXPO Yogyakarta pada Minggu (28/9/2025) di Plaza Ngasem.
Dalam derasnya arus digitalisasi, kegiatan promosi offline seperti Pertamina SMEXPO Yogyakarta hadir sebagai ajang penting untuk mempertemukan langsung produsen dan konsumen. Raharjo menyebut acara tahunan yang digagas Pertamina Foundation itu sangat strategis untuk memperkuat ekosistem bisnis UMKM.
Baca Juga: Rahasia Prompt Gemini AI untuk Hasil Foto Cover Majalah Profesional
Kepala Bidang Pasar Rakyat Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta, Gunawan Nugroho Utomo, juga menekankan pentingnya peran korporasi dalam mendukung UMKM. Menurutnya, Pertamina SMEXPO bukan hanya ruang promosi, tetapi juga sarana melestarikan interaksi sosial yang menjadi kekuatan pasar rakyat.
Di Yogyakarta, terdapat sekitar 16.000 pedagang yang tersebar di 29 pasar rakyat. Keberadaan mereka terbukti tangguh dan memiliki nilai sosial tinggi. Utomo menambahkan bahwa meski digitalisasi penting untuk menciptakan ekosistem pasar modern, pendampingan luring tetap harus berjalan. Event seperti SMEXPO mampu menjaga keseimbangan antara inovasi digital dan kekuatan modal sosial yang dimiliki pasar rakyat.
Perkembangan UMKM di Yogyakarta juga sangat erat kaitannya dengan sektor pariwisata. Kepala Bidang Industri Pariwisata Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Cesaria Eka Yulianti Sri Hastuti, menuturkan bahwa kota ini memiliki lebih dari 1.300 industri pariwisata meski tidak mengandalkan destinasi alam. Dengan dukungan infrastruktur seperti jalan tol, jumlah wisatawan kian meningkat sehingga menuntut pelaku UMKM untuk meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan kebutuhan industri pariwisata. "Tantangannya adalah menciptakan kebaruan apa, supaya orang yang datang ke Kota Yogyakarta bisa merasakan sesuatu yang baru," ucapnya.
Baca Juga: Kunci Jawaban Puisi Gadis Peminta-minta Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 109 Kurikulum Merdeka
Dengan demikian, Pertamina SMEXPO Yogyakarta bukan sekadar event promosi, melainkan momentum krusial bagi UMKM untuk memperkuat daya saing di tengah dominasi digital sekaligus menjaga nilai sosial dari interaksi bisnis tradisional.