Para Petinggi Klub Liga 1 Sambat Soal Keuangan, Bos PSIS Semarang Merasa Punya Teman Susah

photo author
- Selasa, 7 Januari 2025 | 13:17 WIB
CEO PSIS Semarang Yoyok Sukawi merasa punya teman karena para petinggi klub Liga 1 banyak yang mengeluh soal keuangan.  (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
CEO PSIS Semarang Yoyok Sukawi merasa punya teman karena para petinggi klub Liga 1 banyak yang mengeluh soal keuangan. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM -- Belakangan banyak petinggi klub Liga 1 yang sambat mengenai keuangan klub. Mereka, para petinggi klub itu, bareng-bareng ngomong jika saat ini klubnya tak memiliki surplus.

Seperti misalnya yang dikatakan oleh Presiden Borneo FC, Nabil Husein Said Amin.

Nabil baru-baru ini secara blak-blakan mengaku mengalami kerugian selama memimpin klub asal Samarinda, Kalimantan Timur, tersebut.

Dalam pernyataannya melalui kanal YouTube Sport77 Official, Nabil mengungkapkan bahwa mengelola klub sepak bola di Indonesia tidak memberikan keuntungan seperti yang dibayangkannya.

Baca Juga: Jadwal Lengkap PSIS Semarang Putaran Kedua Liga 1 2024-2025, Tugas Berat Dongkrak Klasemen

"Tim lain sih saya enggak tahu, kalau saya buntung. Bukan untung, tambahi b, buntung," kata Nabil.

Kemudian Nabil juga menyidir perbedaan pengelolaan di dunia nyata dengan simulasi permainan Football Manager.

"Di FM aja tahun pertama bisa untung. Di sini buntung. Kita bingung kok enggak ada perubahan. Kita harus menemukan formula baru, sport industri harus jalan," lanjutnya.

Menurut Nabil, salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan adalah melalui transfer pemain, seperti yang dilakukan Borneo FC dengan kepindahan Pato ke klub China.

Pendapatan dari transfer tersebut, diakuinya, digunakan untuk membangun fasilitas, akademi, dan menambah alat latihan klub.

Baca Juga: GAS! PSIS Semarang Datangkan Pemian Baru Lagi, Ini Bocoran dari Gilbert Agius

Pandangan serupa diungkapkan Teddy Tjahjono, mantan Direktur Utama PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB).

Dalam Podcast Sport77 Official pada 2023 silam, Teddy menyebut bahwa industri sepak bola di Indonesia tidak menguntungkan.

"Untuk saat ini, saya rasa tidak ada klub Indonesia yang profitable. Tantangannya besar untuk menjalankan dan mengelola klub. Tidak nutup, tetap merugi," ujarnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: adib auliawan herlambang

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X