psis

(POKOKMEN PSIS) Syaiful Amri Part 1: Sang Pencetak Gol Penentu Juara di Tahun 1987

Rabu, 23 Maret 2022 | 16:52 WIB
Syaiful Amri saat ditemu di rumahnya. Eks penyerang PSIS Semarang ini merupakan sang pencetak gol saat laga final melawan Persebaya di tahun 1987. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)



SEMARANGBARAT, AYOSEMARANG.COM -- PSIS Semarang bisa jadi juara di tahun 1987 berkat gol semata wayang Syaiful Amri ke gawang Persebaya Surabaya.

Gol Syaiful Amri membuat PSIS Semarang menorehkan sejarah penting dalam sepak bola Indonesia. Lalu bagaimana kabar Syaiful Amri saat ini?

Ayosemarang.com menemui Syaiful Amri di kediamannya yang berada di Jalan Gedongsongo, Manyaran, Semarang Barat, Kota Semarang.

Baca Juga: PREVIEW PSIS Semarang vs Persipura Jayapura: Laga Hidup Mati Mutiara Hitam, Inilah Head to Head Kedua Tim

Saat ditemui Syaiful yang mengenakan jersey PSIS Semarang di musim ini mengaku kalau sekarang kegiatannya hanya momong cucu.

Pensiuan Bank Rakyat Indonesia (BRI) ini bahkan sudah tidak aktif lagi bermain bola.

"Sekarang di rumah saja. Sudah pensiun juga dan hanya momong cucu," ujarnya, Selasa 22 Maret 2022.

Syaiful kemudian menceritakan bagaimana perjalannya hingga sampai ke PSIS Semarang.

Baca Juga: Meriahnya Festival Bisa di Semarang, Pegiat Seni Tari dan Perkusi Unjuk Kebolehan

Awalnya, Syaiful adalah pemain bola yang berasal dari tanah Kalimantan atau tepatnya di Pontianak.

Di tahun 1980-an, Syaiful bergabung bersama tim PON Kalimtan dan melakukan tour ke Jawa Tengah yang salah satunya Kota Semarang.

Saat berada di Kota Semarang, tim Pon Kalimantan mengikuti Piala Tugumuda yang digelar di Stadion Diponegoro.

Di turnamen itu, Syaiful mungkin bermain bagus dan ditaksir oleh pelatih kawakan PSIS Semarang Sartono Anwar.

Baca Juga: Dinda Hauw Bagikan Kisah Sedih Keguguran Janin Kembarnya

"Setelah pertandingan, malamnya, Pak Sartono mendatangi saya. Dia menawari saya bermain di PSIS Semarang setelah PON selesai," ucap pria beranak 3 tersebut.

Singkat cerita, setelah PON selesai, Syaiful pun hendak berangkat ke Semarang. Kepergiannya sempat ditahan oleh pemilik timnya di Pontianak yang bernama Menpawah Putra.

Namun dengan berbagai kompromi yang dramatis, akhirnya nasib membawanya ke tim berjuluk Mahesa Jenar tersebut.

Syaiful mendarat di Kota Semarang akhir tahun 80-an. Namun dia baru bergabung ke tim pada tahun 1981.

Baca Juga: Link Live Streaming Swiss Open 2022 Rabu 23 Maret 2022, 10 Wakil Indonesia Berjuang di Babak Pertama

Selama di PSIS Semarang, Syaiful Amri mengaku bisa menempati 3 posisi, yakni winger kiri, kanan dan striker.

"Awalnya saya striker. Lalu di Marahalim Cup di Medan, saya diubah Pak Sartono jadi winger," ungkap pemain yang sering memakai nomor punggung 6 tersebut.

Sejak mendarat di PSIS Semarang pun, Syaiful tidak langsung jadi pemain inti. Dia juga harus berjuang terlebih dahulu.

Bahkan, Syaiful mengaku, kalau demi punya fisik yang baik dan masuk tim inti dia rela lari dari kosannya yang berada di Krapyak sampai Mugas.

Baca Juga: Irung Petruk Boyolali Longsor, Nyaris Tutup Akses Jalan

"Saya lari dari kos dan datang tetap saja datang lebih awal. Kalau mau jadi pemain inti memang harus punya sesuatu yang berbeda," ucapnya.

Selama di PSIS Semarang, Syaiful Amri begitu menjunjung pelatihnya saat itu yakni Sartono Anwar.

Menurutnya, Timnas Indonesia seharusnya dilatih oleh Sartono Anawr, namun kenyataannya tidak pernah. Paling mentok hanya jadi asisten.

"Sartono itu tidak bisa ditebak. Dia punya idealisme dalam sepak bola. Hidupnya untuk sepak bola," terangnya.

Baca Juga: Ganjar Sindir Kemendag Soal Minyak Goreng Langka, Seperti Tikus Mati di Lumbung Padi

Selama menjadi bola, bahkan Syaiful Amri menyebut kalau hanya Sartono saja yang membuatnya benar-benar merasakan sepak bola.

"Saya pernah dilatih oleh Sinyo Aliando atau Sutan Harhara, namun tidak ada yang seperti Sartono Anwar," ungkap pria kelahiran 17 Juli 1958 tersebut.

Syaiful kemudian jadi bagian penting PSIS Semarang terutama dalam menorehkan juara di tahun 1987. Setelah itu Syaiful tidak ke mana-mana dan tetap di PSIS sampai tahun 1991.

Baca Juga: Disperindagkop dan UKM Batang Klaim E-retribusi Bikin Pendapatan Naik 18 Persen

"Setelah itu saya pensiun di usia 33 dan fokus bekerja di BRI. Saya sebetulnya masih sepak bola di Undip tapi tidak terlalu serius," kata Syaiful yang saat ini berusia 64 itu.***

Tags

Terkini