SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Hati Jumirah belum sembuh dari duka selama sebulan ini. Cucunya yang berusia 3 bulan meninggal. Padahal kehadiran cucu ini sudah dia nantikan sejak lama.
Duka yang menganga di dada itu berdampak pada kesehatannya. Hampir seminggu ini Jumirah berulang kali menelan obat. Tidurnya kurang nyenyak dan tubuhnya sering tak fit.
Sekalipun masih merasa kehilangan, Jumirah menganggap sakit ini bukan karena duka melainkan umur yang sudah tidak lagi muda. Jumirah merasa berdamai dan memilih untuk memanfaatkan waktu istirahat di rumahnya yang berlokasi di Kampung Cakrawala di bawah jembatan layang Yos Sudarso Kota Semarang.
Di tengah waktu istirahat itu, Jumirah tiba-tiba saja ingin membakar sampah. Aktivitas ini sebetulnya sudah rutin dilakukannya. Beberapa meter dari rumah berdinding kayunya, ada sepetak tanah yang biasa digunakan untuk warga Kampung Cakrawala untuk bakar-bakar sampah.
Sambil membawa besi pengait untuk merapikan sampah yang dibakar dia menuju sepetak tanah pada pukul 15.15 WIB. Seperti biasa, sampah-sampah masih berserakan.
Jumirah mencoba mengait bungkusan sampah yang berserak agak jauh. Dia kemudian meraih sampah itu tapi tiba-tiba bau bangkai menyeruak.
Penasaran, Jumirah membuka bungkusan tersebut. Baunya semakin menyengat. Dia melihat seperti ada sejenis tempurung bulat yang ringsek. Lalu kemudian ada bungkusan lain yang dia buka dan dia terperanjat karena melihat sebuah pantat dan telapak kaki.
"Saya nyebut istighfar dan langsung lari. Orang-orang rumah ikut panik dan nanya kenapa. Sambil ngap-ngapan saya bilang itu ada bayi," katanya saat ditemui, Rabu 17 Desember 2025.
Jumirah awalnya mengira bangkai itu adalah kucingnya yang tak balik selama 3 minggu. Namun ternyata itu seonggok daging orok bayi.
"Saya sudah beberapa hari ini padahal sakit. Tapi entah kenapa pengin bakar sampah, mungkin tanda alam," ucapnya.
Pasca kejadian Jumirah mengaku ikut sedih. Dia pikir bayi itu mungkin akan dibuang di balik tembok pembatas Kampung Cakrawala namun tidak sampai. Akhirnya bungkusan itu terjatuh tak jauh di dekat sepetak tanah pembakaran.
"Kayaknya mau ngelempar nggak sampai," sambungnya.
Jumirah kemudian teringat cucunya. Ada orang-orang yang ingin punya anak tapi gagal, ada juga orang-orang yang sudah memiliki anak tapi malah dibuang. Menurutnya ini cukup miris.
"Seorang anak bagaimanapun harus dirawat. Ini kok bisa setega itu dibuang," ucapnya.