Retno Shanti Ruwyastuti Berbagi Cerita Sebagai Jurnalis, Merintis Sejak Orde Baru Sampai Media Internasional

photo author
- Rabu, 9 Agustus 2023 | 14:10 WIB
Retno Shanti Ruwyastuti, jurnalis senior di Indonesia saat di acara sharing session bersama Santre Ndelik.  ((Istimewa))
Retno Shanti Ruwyastuti, jurnalis senior di Indonesia saat di acara sharing session bersama Santre Ndelik. ((Istimewa))

AYOSEMARANG.COM - Wartawan senior dan inspiratif di Indonesia Retno Shanti Ruwyastuti membagikan cerita mengenai perjalanan hidupnya.

Keinginan menjadi wartawan bukanlah cita-cita yang sulit diwujudkan saat ini. Pilihan media yang beragam serta akses informasi yang jauh lebih mudah dijangkau sangat mendukung profesi tersebut, namun hal itu tidak dimiliki oleh Retno Shanti Ruwyastuti di masa mudanya.

Hidup pada era Orde Baru yang dikenal dengan masa yang tidak ramah pers justru tak mematahkan semangat Ketua Komisi Asosiasi Televisi Swasta Indonesia ini untuk menjadi jurnalis.

Baca Juga: Link Download Cover Proposal 17 Agustus 2023 dan Logo HUT RI 78 PNG Terbaru di Sini

Hal itu diungkapkannya saat didapuk sebagai salah satu pembicara dalam acara Nongkrong Tobat Santrendelik yang digelar di Kota Semarang pada akhir Juli lalu.

Di hadapan ratusan santri yang mengikuti pengajian rutin tersebut, perempuan yang menghabiskan masa kecilnya di Semarang itu, banyak bercerita tentang bagaimana dia menggapai cita-cita yang mulai ia rintis jauh sebelum meraih gelar sarjana di Jurusan Komunikasi FISIP Universitas Indonesia.

“Memulai karier dengan magang pada sebuah majalah berita di Jakarta, saya ditempatkan di desk Kriminal. Setelah lulus S1, kuliah S2 program Produksi Penyiaran di Boston University di kota Boston, Amerika Serikat, lalu bekerja di CNN Internasional di Atlanta,” ungkap Shanti yang malam itu berduet dengan ustaz kenamaan Semarang, Dr H Awaluddin Pimay Lc MA.

Shanti menekankan, untuk menggapai cita-cita yang besar, banyak yang harus diperjuangkan, diantaranya melakukan perubahan, sebagaimana tema pengajian malam itu, yakni “Suro Mania” yang banyak merefleksikan kisah hijrah Nabi Muhammad S.A.W ke Madinah pada 622 M.

Baca Juga: Sambut Pertemuan Jaringan Kota Pusaka di Semarang, Kota Lama Jadi Pusat Acara

“Saya adalah seorang introvert, yang terbilang kesulitan untuk berbicara dengan orang lain. Namun, karena punya keinginan kuat menjadi jurnalis, konsekuensinya saya harus membuat perubahan besar, harus berani mewawancarai narasumber” ujar perempuan yang dipinang Metro TV setelah bekerja di CNN selama enam tahun tersebut.

Tak hanya siap berubah, kemampuan beradaptasi dan melihat situasi sekitar juga penting dimiliki, terutama saat bersekolah atau bekerja di luar negeri.

“Jangan gegar budaya. Kenali budaya dan kebiasaan masyarakat setempat, bergaul dengan warga lokal, dan ikuti berita daerah untuk update informasi serta memahami isu terkini. Tapi, jangan sampai melupakan budaya sendiri, karena itu adalah jati diri yang justru punya nilai plus,” paparnya.

Shanti juga sempat memberikan tips apabila ada yang hendak menambah uang saku padahal visanya masih pelajar.

Baca Juga: SIARAN LANGSUNG Live Streaming PSIS Semarang vs Arema FC di Indosiar, Kick Off Pukul 15.00 WIB

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Oriza Shavira Arifina

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X