semarang-raya

Ladang Pembantaian dalam Peristiwa Pertempuran 5 Hari di Kota Semarang

Selasa, 14 Oktober 2025 | 16:08 WIB
Teatrikal Pertempuran 5 Hari di Semarang. Banyak tragedi pembantaian di beberapa titik. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

Mayat-mayat yang menumpuk di Penjara Bulu tadi adalah tahanan Jepang. Mereka dibantai ketika Semarang sedang chaos karena Pertempuran 5 Hari.

Pemerhati sejarah yang belakangan menggelar pameran arsip dan foto Pertempuran 5 Hari, Mozes Christian Budiono memaparkan, dari buku yang diterbitkan Pemerintah Kota Semarang ada salah seorang eksekutor yang bernama Niti, melakukan aksi tersebut karena balas dendam.

"Menurut buku itu, Niti melakukan aksi karena dendam—temannya sebelumnya dibunuh—dan menggunakan senjata api (diduga senapan mesin) untuk memburu orang-orang di dalam penjara, khususnya orang Jepang. Petugas penjara yang orang Jepang juga ikut jadi korban," ungkapnya.

Mozes melanjutkan, setelah terjadi serangan oleh Jepang, sejumlah pemuda merespons secara brutal—mencari dan membunuh orang-orang yang dianggap sebagai perwakilan atau pelaku provokasi tersebut.

"Korban yang dibunuh dikatakan sebagian adalah orang Jepang, tetapi dalam penjara juga terdapat orang-orang Eropa/Indo-Eropa yang turut menjadi target," sambungnya.

Namun dia menduga orang-orang Eropa tak sampai jadi korban karena tentara Jepang keburu datang. Itulah kenapa J.E. Helfrich tidak ikut jadi korban. Berbagai sumber menyebut ia meninggal di Den Haag.

Aksi pembantaian di Penjara Bulu itu menimbulkan korban sekitar 150 orang. Tetapi menurut Mozes, dalam catatan Jepang korban lebih dari itu.

"Kalau saya sih percaya catatan Jepang karena mereka di lokasi langsung," sambungnya.

Setelah dibantai di Penjara Bulu, banyak narasi beredar bahwa tumpukan mayat dihanyutkan ke Sungai Banjir Kanal Barat.

"Tapi dalam beberapa buku catatan lokal tidak dicatat demikian, sehingga diperlukan penelusuran lebih lanjut—misalnya konfirmasi dari veteran, arsip militer, atau dokumen pemerintah setempat—untuk memverifikasi titik pembuangan jenazah dan jumlah pasti korban," ungkapnya.

Kesaksian menempatkan peristiwa di Penjara Bulu dalam konteks kekerasan yang lebih luas selama Pertempuran 5 Hari.

Di sisi lain, Mozes juga memaparkan bahwa aksi pembantaian juga dilakukan oleh tentara Jepang, tepatnya di Alun-alun serta pembakaran kampung seperti Kampung Batik, Kampung Candi Baru serta Jalan Tumpang.

"Han Bin Siong penulis jurnal Pertempuran 5 Hari, mengaku melihat barisan pemuda yang kemudian dieksekusi atau dibunuh dalam skala massal," ucapnya.

Lain referensi dari Mozes, Johanes Christanto yang juga pemerhati sejarah Semarang memaparkan beberapa tempat yang jadi lokasi pembantaian di waktu-waktu Pertempuran 5 Hari di Semarang.

Salah satu tempat yang menjadi lokasi pembantaian adalah Hotel Dingin. Saat ini lokasi Hotel Dingin berada di samping Mall Queen City. Bangunannya masih ada, tetapi belum jelas saat ini digunakan untuk apa.

Halaman:

Tags

Terkini