Joe menambahkan bahwa dengan adanya akses pasar ke Uni Eropa melalui Perjanjian Perdagangan Bebas (CEPA), Indonesia akan menjadi lebih kompetitif dibandingkan negara produsen alas kaki lainnya seperti Vietnam, India, dan China.
"Maka Indonesia akan lebih kompetitif lagi, dibandingkan negara-negara produsen alas kaki lainnya seperti Vietnam, India, ataupun China," ungkap Joe.
Staff Khusus Menteri Perdagangan Bidang Kerjasama Internasional, Bara Krisna Hasibuan, menyebut beroperasinya Yih Quan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di sekitar daerah.
"Tentu saja memberikan lapangan pekerjaan bagi daerah sekitar dan promosi jateng, dan tentu saja industri alas kaki Indonesia tumbuh," ujarnya.
Indonesia memiliki ambisi besar untuk menjadi pemain utama dalam industri alas kaki dunia.
Bara mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini adalah produsen terbesar kedua untuk brand Nike setelah Vietnam, yang memiliki perjanjian ekonomi khusus dengan Uni Eropa.
"Saat ini, untuk brand Nike kita produsen kedua terbesar di dunia setelah Vietnam. Kenapa Vietnam terbesar, karena Vietnam punya perjanjian ekonomi khusus dengan Uni Eropa," ujarnya.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan, Pemprov Jateng, Sujarwanto Dwiatmoko, menegaskan bahwa pihaknya telah mendukung para investor dengan menjadikan Balai Industri Produk Tekstil dan Alas Kaki (BIPTAK) sebagai pusat pelayanan dan pengembangan produk di Jawa Tengah.