Ruwatan di Kampung Jawa Sekatul, Tradisi Bersihkan Diri dan Lepaskan Pengaruh Buruk

photo author
- Minggu, 4 Agustus 2024 | 13:56 WIB
Kanjeng Raden Aryo Wangsit Setyo Nagoro melakukan ruwatan di Kriya Inggil Karaton Amarta Bumi sekatul Limbangan.  (edi prayitno/kontributor kendal)
Kanjeng Raden Aryo Wangsit Setyo Nagoro melakukan ruwatan di Kriya Inggil Karaton Amarta Bumi sekatul Limbangan. (edi prayitno/kontributor kendal)

 

KENDAL,AYOSEMARANG.COM- - Ruwatan merupakan tradisi yang berakar dari budaya Jawa. Untuk melestarikan tradisi ini, Karaton Amarta Bumi di Kampoeng Djowo Sekatul, Kecamatan Limbangan menggelar ruwatan massal.

Tradisi ini bertujuan untuk membersihkan atau melepaskan seseorang dari pengaruh buruk atau nasib sial. Dalam kepercayaan Jawa, ruwatan telah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan di Jawa, seperti Majapahit dan Mataram.

Menurut Kanjeng Raden Aryo Wangsit Setyo Nagoro, Kriya Inggil Karaton Amarta Bumi, tradisi ruwatan ini merupakan kali ketiga digelar oleh Karaton Amarta Bumi. "Tahun ini, sebanyak 43 peserta dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari masyarakat umum, artis, hingga tokoh politik, mengikuti ruwatan ini," ungkapnya.

Ia juga menambahkan bahwa para peserta tidak dibebani biaya untuk mengikuti tradisi ini karena hanya melalui iuran sukarela.

Baca Juga: Warga Berebut Gunungan Hasil Bumi dalam Tradisi Grebeg Dewi Sri di Kampung Jawa Sekatul

Salah satu jenis ruwatan yang digelar adalah Ruwatan Tebu Sauyun. Dalam ritual ini, para peserta berjalan beriringan menuju Sendang Bimo Suci untuk melakukan pembersihan dan doa bersama.

"Inti dari ruwatan ini adalah bahwa manusia hidup di muka bumi ini ada yang namanya qodrat dan ada yang perlu diiradat, sebagai bentuk upaya manusia dalam rangka mencapai keinginan baik karir, keturunan, dan sebagainya," ujar Kanjeng Raden Aryo Wangsit Setyo Nagoro.

Selain itu, juga digelar Ruwatan Dosomuko di Dalem Saridin. Ruwatan ini bertujuan untuk membersihkan seseorang dari pengaruh sifat-sifat negatif yang diwakili oleh tokoh Dosomuko, yang melambangkan sifat-sifat negatif seperti keserakahan, kemarahan, dan kejahatan.

 "Dosomuko sebagai lambang angkara murka yang ada di muka bumi ini diupayakan untuk tidak semakin besar dan seimbang dengan kebaikan, maka perlu adanya ruwatan," tambahnya.

Tak ketinggalan, Ruwatan Dalang yang dilakoni langsung oleh Kanjeng Raden Tumenggung Danu Hignyocarito juga dilaksanakan. Ruwatan ini memiliki makna dan tujuan sebagai pembersihan spiritual, perlindungan, dan penyucian diri.

Tradisi Ruwatan Kawiwitan ini tidak hanya menjadi pelestarian budaya, tetapi juga sebagai sarana introspeksi diri bagi para pesertanya. Dengan mengikuti ruwatan, diharapkan setiap individu dapat membersihkan diri dari pengaruh negatif dan mencapai keseimbangan dalam kehidupan.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: E. Prayitno

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB
X