Rupa Warna Wastra Nusantara: 36 Museum Pamerkan Kain Tradisional, Jateng Targetkan 6.000 Pengunjung

photo author
- Jumat, 9 Mei 2025 | 16:26 WIB
Pameran Kain Tradisional bertajuk “Rupa Warna Wastra Nusantara”, yang digelar di Museum Ranggawarsita Semarang dibuka Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin pada Jumat (9/5). (Dok.)
Pameran Kain Tradisional bertajuk “Rupa Warna Wastra Nusantara”, yang digelar di Museum Ranggawarsita Semarang dibuka Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin pada Jumat (9/5). (Dok.)

 

 

 

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM– Kekayaan budaya Indonesia kembali berpadu dalam harmoni warna dan makna. Sebanyak 36 museum dari berbagai penjuru tanah air turut ambil bagian dalam Pameran Kain Tradisional bertajuk “Rupa Warna Wastra Nusantara”, yang digelar di Museum Ranggawarsita Semarang pada 8 hingga 12 Mei 2025.

Dibuka secara resmi oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin pada Jumat (9/5), pameran ini menampilkan tak kurang dari 130 koleksi kain tradisional khas Nusantara. Lebih dari sekadar memperlihatkan keindahan visual, pameran ini menjadi ruang edukasi, pelestarian, sekaligus ajang promosi kekayaan budaya Indonesia kepada masyarakat luas.

Wakil Gubernur Taj Yasin dalam sambutannya menyampaikan, Indonesia memiliki warisan kain tradisional yang luar biasa. Jika batik telah mendunia dan diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda sejak 2009, maka kain-kain lain seperti goyor, lurik, dan troso pun perlu mendapat perhatian yang setara.

Baca Juga: Demi Dongkrak Ekonomi, Pelaku Usaha Desak Penerbangan Internasional di Bandara Ahmad Yani Segera Dibuka

“Kalau bisa, mari kita dorong agar wastra lain juga mendapat pengakuan internasional, bahkan dipatenkan sebagai milik bangsa,” ujar Taj Yasin.

Ia menambahkan, keindahan kain Nusantara bisa semakin bersinar jika disentuh tangan para desainer. Dengan inovasi, wastra bisa memiliki nilai ekonomi tinggi dan mendorong pertumbuhan industri kreatif.

Sebagai bentuk komitmen, Pemprov Jateng telah menerapkan kebijakan berpakaian tradisional bagi ASN setiap hari Kamis. Bahkan setiap Selasa, ASN di lingkungan Pemprov mengenakan lurik. Di tingkat kabupaten/kota, semangat ini juga digaungkan. Seperti di Rembang, ASN diwajibkan memakai batik tulis Lasem—sebuah langkah nyata untuk menghargai seni tradisi yang bernilai tinggi.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Sadimin, menambahkan bahwa pameran ini bukan sekadar ajang koleksi, tapi juga mempererat kolaborasi antarmuseum dan memperkuat rasa persatuan bangsa. Pemprov Jateng sendiri menargetkan 6.000 pengunjung selama pameran berlangsung.

Tak hanya pameran kain, berbagai kegiatan turut meramaikan agenda budaya ini. Di antaranya workshop membatik, seminar tata kelola museum di Akpol, sarasehan di Lawang Sewu, ekspresi seni, expo budaya, dan fashion show dari para siswa SMK tata busana se-Jawa Tengah.

Baca Juga: Dikenal sebagai Kota Besar, Ternyata Masih Banyak Sapi dan Kambing Diternak di Semarang, lho! Ini Beberapa Daerah yang Jadi Sentra

Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan pentingnya pelestarian wastra sebagai kekayaan bangsa. Ia menyebut, dari sekitar 50.000 potensi warisan budaya tak benda (WBTB), baru 2.213 yang diakui pemerintah. Dari jumlah tersebut, 16 telah mendapat pengakuan UNESCO, termasuk batik, noken, dan kebaya.

“Ini adalah modal besar bangsa dalam membangun ekonomi budaya. Wastra bukan sekadar kain, ia menyimpan identitas, nilai sejarah, dan potensi ekonomi yang luar biasa,” pungkas Fadli Zon.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB
X