AYOSEMARANG.COM -- Kisah mengharukan datang dari pasangan ayah dan anak asal Makassar, Muhammad Nasir (59) dan Aulia Purnamasari Nasir (26), yang memilih melaksanakan Haji Ifrad, jenis haji yang jarang dipilih jemaah Indonesia, dengan konsisten menjaga larangan ihram selama tiga minggu penuh, hingga seluruh rangkaian puncak haji selesai.
Langkah spiritual ini terbilang unik di tengah dominasi pelaksanaan Haji Tamattu’, yang umum dipilih jemaah asal Indonesia.
Sebagai informasi, ada tiga jenis pelaksanaan haji. Haji Ifrad: Mengerjakan ibadah haji terlebih dahulu, kemudian baru mengerjakan umrah setelahnya. Jemaah yang memilih jenis ini tidak dikenakan Dam.
Haji Tamattu': Melaksanakan umrah terlebih dahulu, baru kemudian berniat haji. Jenis haji ini dikenakan Dam.
Haji Qiran: Mengerjakan ibadah haji dan umrah secara bersamaan, dengan niat dan ihram yang menyatu untuk keduanya.
Nasir dan Aulia, jemaah kloter 23 Embarkasi Makassar (UPG 23) asal Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, telah meniatkan diri berhaji dengan metode Ifrad sejak keberangkatan pada 17 Mei 2025. Saat pesawat melintasi miqat Yalamlam, mereka langsung berniat ihram haji.
Sejak itu, keduanya menjalani hari-hari di Makkah dalam kondisi berihram tanpa putus, menjaga diri dari semua larangan ihram hingga 8 Juni, bertepatan dengan puncak ibadah haji.
Nasir hanya membawa dua stel pakaian ihram. Selama 21 hari, ia tidak menyikat gigi karena takut berdarah, tidak memakai wangi-wangian, dan selalu menjaga kepatuhan terhadap aturan ihram.
"Saya tidak memakai wangi-wangian selama berihram. Juga tidak menggosok gigi karena khawatir akan berdarah. Alhamdulillah, mulut saya tidak bau," kata Nasir saat diwawancarai pada Kamis (29/5/2025).
Saat ke Masjidil Haram, ia tetap mengenakan pakaian ihram dan tak menutup kepala, sesuai syariat ihram. Aulia, sang putri, juga menjaga larangan ihram dengan ketat.
"Dalam tradisi kami, pakaian ihram tidak berwarna-warni, hanya putih. Saya hanya bawa tiga set baju ihram putih, dan sering mencucinya. Begitu juga Ayah, cuci kering pakai," ungkapnya.
Tak hanya soal pakaian, Aulia bahkan menghindari aktivitas tawar-menawar.
"Kalau tawar-menawar kan pasti ada perdebatan. Jadi kalau beli barang saya tidak menawar. Begitu harga cocok saya langsung beli," jelasnya.
Agar terhindar dari potensi pelanggaran, mereka memilih lebih banyak berdiam di hotel, hanya keluar untuk salat dan keperluan penting.
Bagi Aulia, kehadiran di Tanah Suci adalah impian masa kecil yang akhirnya menjadi nyata. Saat mendarat di Bandara King Abdul Aziz, ia langsung meneteskan air mata.
"Begitu sampai di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, saya langsung menangis bahagia, akhirnya sampai juga saya di Arab Saudi," katanya sambil menitikkan air mata.