Belum juga Bebas Dari Rob, Pemkab Kendal Didesak Ambil Langkah Nyata

photo author
- Rabu, 18 Juni 2025 | 18:21 WIB
Kondisi Desa Kartikajaya yang menjadi langganan banjir rob. (dokumen)
Kondisi Desa Kartikajaya yang menjadi langganan banjir rob. (dokumen)

KENDAL,AYOSEMARANG.COM  - Banjir air pasang atau rob masih saja terjadi di Desa Kartikajaya Kecamatan Patebon. Banjir air pasang ini semakin parah dengan ketinggian hampir setengah meter.
 
Derasnya air pasang laut tak hanya merendam jalan dan halaman rumah, tetapi juga menyesakkan harapan mereka akan masa depan yang aman.
 
Wilayah RW 2 dan RW 3 menjadi titik terdampak paling parah dalam bencana hari ini. Air yang datang tanpa ampun membanjiri rumah-rumah, memutus akses jalan, dan melumpuhkan aktivitas warga.
 
Joko Basuki, selaku Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kartikajaya, angkat bicara dengan nada keras. Ia tak lagi bisa menyembunyikan kegelisahannya melihat kampung halamannya perlahan ditelan air rob.
 
"Kalau cuma lahan rusak, itu masih bisa dicari lagi. Tapi ini soal nyawa. Soal masa depan anak-anak kami," tegasnya.
 
Menurutnya, ancaman tenggelamnya Kartikajaya bukan semata kehendak alam, tetapi juga karena kelambanan pemerintah dalam merespons banjir rob.  
 
 
Efek domino dari pembangunan tanggul Pelabuhan Kendal dan Kawasan Industri Kendal (KIK) dinilainya semakin memperparah arah gelombang rob ke sisi barat, menghantam permukiman warga.
 
"Kita tahu dampak rob ini makin parah dari tahun ke tahun, tapi antisipasinya lambat, bahkan nyaris tak ada. Pemerintah seperti menutup mata," ujarnya.
 
Joko menyesalkan, selama bertahun-tahun yang dilakukan pemerintah hanya seremoni penanaman mangrove tanpa langkah strategis berskala besar.
 
"Sudah jelas grafiknya menunjukkan ancaman, sudah ada kajian para ahli, tapi yang dilakukan hanya sekadar simbolik. Tidak ada program besar yang konkret," tandasnya.
 
Dikatakannya, situasi seperti ini tidak hanya melanda Kartikajaya. Ia memperingatkan, abrasi parah juga menghantui pesisir Jawa Tengah lainnya seperti Demak, Semarang, Mangkang, Pekalongan, hingga Brebes. 
 
Dan jika dibiarkan, bukan mustahil satu demi satu desa akan menghilang dari peta.
 
"Kita ini di garis depan kehancuran. Kami minta pemerintah pusat dan daerah duduk bareng, panggil para pakar, rumuskan langkah nyata sebelum semuanya terlambat," desaknya.
 
Ia berharap tidak ada lagi janji-janji kosong. Pasalnya, warga menginginkan adanya tindakan nyata sebelum suara tangis itu berubah menjadi jeritan kehilangan yang tak bisa dikembalikan lagi.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: E. Prayitno

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB
X