KENDAL,AYOSEMARANG.COM – Keterbatasan tidak menghalangi kreativitas bahkan ketrampilan. Komitmen Hotel Sae Inn Kendal merangkul disablititas di Kendal ditunjukan dengan memberikan ruang dilobi.
Meski sederhana tempat ini menyimpan kisah luar biasa, karena di sini barista tunarungu meracik kopi dengan cinta dan menyampaikan rasa tanpa kata.
Kafe tersebut diberi nama Kafe Bicara Rasa yang merupakan simbol bahwa rasa bisa menjadi bahasa, dan bahwa keterbatasan tak pernah membatasi kreativitas.
Inisiatif ini merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) Hotel Sae Inn yang ditujukan untuk memberdayakan penyandang disabilitas.
Bekerja sama dengan Dinas Sosial Kabupaten Kendal, hotel berbintang ini sebelumnya menggelar pelatihan barista selama tiga hari untuk 12 penyandang tunarungu. Mereka dibekali keterampilan meracik kopi dari tahap dasar hingga lanjutan, termasuk pengenalan alat dan seni penyajian secara profesional.
Usai pelatihan, mereka tak hanya mendapatkan sertifikat. Sebanyak tujuh peserta bahkan langsung diberi kesempatan bekerja di kafe yang dibuka di lobi hotel. Di sinilah mereka menunjukkan kepiawaian menyajikan espresso, cappuccino, dan latte, yang diracik dengan ketekunan dan sepenuh hati.
Salah satu tamu hotel, Kunadi, mengaku terkesan. “Saya pesan cappuccino. Rasanya luar biasa creamy dan pas. Saya bahkan tidak menyangka bahwa kopi ini dibuat oleh barista tunarungu,” katanya.
Baca Juga: Usai Dilatih Barista, Penyandang Tuna Rungu Dibukakan Kafe di Hotel Berbintang
Meskipun komunikasi dilakukan lewat gerakan tangan dan ekspresi wajah, tak ada hambatan dalam pelayanan. Senyum ramah dan gerak tubuh yang bersahabat menjadi bahasa universal yang menjembatani mereka dengan pelanggan.
Sementara Owner Hotel Sae Inn, Fransisca Cokro Handoko, menjelaskan bahwa Kafe Bicara Rasa adalah bentuk nyata dari komitmen hotel untuk memberikan ruang berkarya bagi penyandang disabilitas.
“Lebih dari sekadar pelatihan, ini adalah panggung untuk menunjukkan bahwa keterbatasan tidak membatasi rasa. Dari secangkir kopi yang diracik dengan cinta, lahir pesan kuat bahwa semua orang bisa berkarya jika diberi kesempatan,” ujar Sisca sapaan akrabnya.
Ia yang juga menjabat Ketua Kadin Kendal ini menuturkan bahwa ide mendirikan kafe ini terinspirasi saat dirinya menginap di sebuah hotel di Surabaya yang juga memberdayakan disabilitas.
“Saat itu saya langsung berpikir, kenapa tidak diterapkan di Kendal? Setelah diskusi dengan Kepala Dinsos Kendal, program ini akhirnya terwujud,” jelasnya.
Ia menambahkan, dari 12 peserta pelatihan, tujuh orang memilih bergabung sebagai barista di hotel, sementara sisanya memilih tidak melanjutkan karena alasan jarak dan kondisi pribadi lainnya.