SEMARANG, AYOSEMARANG.COM – Gelombang aksi demonstrasi yang marak terjadi di sejumlah daerah di Indonesia akhir-akhir ini memunculkan keprihatinan dari berbagai kalangan, termasuk para pengusaha. Mereka menilai penyampaian aspirasi merupakan hak setiap warga negara, namun tetap harus dilakukan sesuai aturan tanpa menimbulkan kerusuhan dan kerusakan fasilitas umum.
Inuar, ESG dan Project Manager PT Victoria Care Indonesia yang berkantor pusat di Kota Semarang menegaskan, bahwa ketertiban dalam berdemonstrasi sangat penting agar stabilitas ekonomi tetap terjaga.
"Kalau tertib tentu ekonomi akan tetap aman. Apalagi saat ini ekonomi Indonesia mulai bergerak naik. Dengan adanya kerusuhan, dikhawatirkan ekonomi akan kembali turun. Investor susah masuk. Kami dari kalangan pengusaha berharap semoga Indonesia aman tenteram," ujarnya, Rabu (3/9/2025).
Menurutnya, dampak kerusuhan tidak hanya dirasakan pemerintah, melainkan juga dunia usaha dan masyarakat secara luas. Banyak perusahaan yang terpaksa meliburkan karyawan karena khawatir terhadap situasi yang tidak menentu. Aktivitas distribusi, transportasi, dan perdagangan juga ikut terganggu. Sekolah-sekolah harus libur atau menerapkan kebijakan belajar dari rumah. Pelayanan publik juga banyak yang terganggu.
"Banyak perusahaan maupun sektor perdagangan yang harus meliburkan karyawan. Karyawan juga takut dan tentu aktivitasnya terganggu, misalnya terlambat karena macet atau akses jalan ditutup. Sementara perusahaan juga terganggu, misal distribusi dan pengiriman barang jadi terhambat," tambahnya.
Senada dengan itu, Dimas Tommy Radityo, General Manager PT Triangle Motorindo (Viar Motor Indonesia) yang juga berkantor pusat di Kota Semarang, menyayangkan aksi penyampaian aspirasi yang berujung anarkis. Ia menilai, kerusuhan hanya akan memperburuk berbagai sektor, mulai dari ekonomi, sosial, hingga hukum.
"Di sektor usaha juga sangat berdampak. Ada rasa takut kerusuhan meluas sehingga timbul kecemasan, beberapa jaringan dealer kami terpaksa harus memulangkan karyawan lebih cepat dan ada juga yang meliburkan karyawan demi keamanan. Harapan kami situasi ini segera ditindaklanjuti. Aspirasi masyarakat bisa tersalurkan dengan baik, tapi pengusaha juga tetap bisa berjualan di sektor perdagangan dan tetap berproduksi di sektor industri," jelasnya.
Dimas menambahkan, investor membutuhkan kepastian dan rasa aman sebelum menanamkan modalnya. Situasi yang tidak stabil justru dapat membatalkan rencana investasi yang sudah disiapkan.
"Kami khawatir investor yang akan masuk malah membatalkan rencananya. Kalau kondisi seperti ini terus berlarut-larut, iklim usaha bisa terganggu. Harapan kami situasi bisa segera kembali normal," tegasnya.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 berada di kisaran 5,2 persen year on year (yoy). Angka ini menunjukkan tren positif pascapandemi, namun dinilai rawan terganggu bila instabilitas sosial-politik kembali meningkat.**