Jabar Media Summit 2025: Media Lokal Hadapi Krisis Model Bisnis di Era Digital

photo author
- Kamis, 11 September 2025 | 13:07 WIB
CEO Suara.com, Suwarjono salah satu pembicara dalam Jabar Media Summit 2025
CEO Suara.com, Suwarjono salah satu pembicara dalam Jabar Media Summit 2025

BANDUNG, AYOSEMARANG.COM – Industri media di Indonesia tengah menghadapi titik kritis di era digital yang serba cepat dan disruptif. Gelombang perubahan teknologi, pergeseran perilaku audiens, hingga dominasi platform global membuat media dituntut untuk berinovasi agar tetap relevan dan berkelanjutan. Tahun 2025 pun menjadi momentum penentu: apakah media mampu bertahan atau justru tenggelam dalam badai disrupsi.

CEO Suara.com, Suwarjono, menyoroti tantangan paling mendesak yang dihadapi media saat ini, yakni keberlangsungan hidup.

“Isu kekinian yang paling berat soal keberlangsungan hidup media. Jurnalisme sekarang ini tidak mampu dan kesulitan membiayai biaya produksi media. Belakangan ini banyak media yang tidak bisa menangani gelombang badai tersebut,” ujarnya dalam Jabar Media Summit 2025 di Pasteur Conventions Center, Holiday Inn Hotel, Kota Bandung, Kamis11 September 2025.

Menurut Suwarjono, dua tahun terakhir menjadi masa yang serius bagi kelangsungan media. Ia menekankan pentingnya diversifikasi bisnis sebagai strategi bertahan.

“Caranya biar usia media panjang, yakni media tersebut harus bisa menemukan bisnis lain di luar bisnis pemberitaan,” tambahnya.

Ia menilai model bisnis media yang disokong oleh lini usaha lain terbukti lebih tahan banting.

“Model bisnis media ketika dibantu oleh yuridis lini bisnis yang lain, itu rata-rata bisa bertahan. Jadi salah satu model bisnis media karena menarik kalau kita memiliki yuridis bisnis yang lain,” jelas Suwarjono.

Pengalaman Suara.com menunjukkan inovasi menjadi kunci kedua.

“Hal ini yang bisa membuat kami bisa survive hingga sampai saat ini kami belum pernah melakukan layoff,” ungkapnya.

Suwarjono merinci sepuluh tantangan besar media, mulai dari penurunan trafik berita, efisiensi anggaran iklan pemerintah, disrupsi AI, perubahan perilaku audiens, hingga dominasi platform digital dalam periklanan.

“Saya kira ini menjadi PR bagi kita, dan ini akan mengubah kondisi media saat ini,” tegasnya.

Meski begitu, ia menyebut media kecil justru lebih berpeluang untuk sustain.

“Di antaranya konsolidasi dan optimasi aset digital, media sebagai jembatan, ekosistem/showcase, hingga karakter channel dan monetisasi,” katanya.

CEO Tempo, Wahyu Dhyatmika, menambahkan perspektif lain soal peran media dalam demokrasi dan pasar.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: adib auliawan herlambang

Tags

Rekomendasi

Terkini

X