PEKALONGAN, AYOSEMARANG.COM - Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Degayu Kota Pekalongan sudah kelebihan muatan dan tampak menggunung hingga diperkirakan sampai setinggi 20 meter.
Meski demikian, Wali Kota Pekalongan HA Afzan Arslan Djunaid menolak anggaran pembelian tanah di sekitar TPA yang diajukan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Ia beralasan, perluasan itu akan menjadi persoalan yang sama dan akan kembali kelebihan muatan.
"Akan jadi persoalan yang sama. Maka saya tolak, saya meminta Kepala DLH dan PU untuk mencari solusi lain," kata Afzan Arslan Djunaid saat ditemui di kantornya, Selasa 21 Februari 2023.
"Pertama dituntaskan itu mengurangi gunungan sampah di TPA Degayu. Jadi si bukan memperluas lahan, yang nantinya saya yakin (masalahnya) akan sama gununganya," sambungnya.
Politisi PDI Perjuangan itu juga memiliki sejumlah skenario untuk mengurangi gunungan sampah.
Di antaranya dengan pembelian alat pembakaran dan mengubah sampah menjadi ternak magor untuk pakan ternak lele maupun unggas.
Bahkan, pihaknya juga telah mewacanakan untuk memanfaatkan gas metana pada sampah untuk pemenuhan gas warganya.
“Kita sudah membeli dua alat pembakaran untuk sampah. Tetapi volume alat pembakaran itu masih sangat kecil, hanya sekitar 20 ton per alat perhari, masih kurang banyak, sehingga yang menumpuk masih lebih banyak,” kata Aap, panggilaran akrab Wali Kota Pekalongan.
Baca Juga: Amankan Granat dan Pistol, Babinsa Dapat Motor: Disposal 2 Granat Dilakukan Brimob Pekalongan
Skenario selanjutanya yaitu melalui program Oops Mami (Omah Olah Pilah Sampah Mandiri dan Berekonomi) yang berada di Kecamatan Pekalongam Barat.
"Oops Mami itu, tentang pengelohan sampah menjadi magot untuk pakan ternak, sebagai salah satu cara mengurangi volume sampah," katanya.
"Nah, kita harapkan itu di setiap kelurahan. Ternyata magot yang dihasilkan dari sampah itu, bahasa Pekalongannya sigot atau blatung itu untuk pakan lele pakan bebek itu sangat baik sekali, baik protein, maupun gizinya untuk hewan ternak ini, dan itu kalau berhasil akan kita lebarkan lagi ke minimal masing-masing kelurahan ada alat itu,” ungkapnya.