AYOSEMARANG.COM -- Sudah bukan rahasia umum jika banyak anak-anak bangsa yang akhirnya memutuskan untuk menetap di luar negeri setelah menyelesaikan studi mereka.
Kepastian karir, kemudahan kehidupan, hingga jaminan masa depan anak, jadi beragam alasannya. Setiap orang punya pilihan, tapi memutuskan untuk tidak pulang padahal Indonesia membutuhkan tangan mereka sedikit banyak agak disayangkan.
Namun demikian fenomena ‘ogah’ pulang ini tak melulu terjadi. Buktinya banyak orang-orang hebat yang sebenarnya sudah sangat nyaman dan terjamin hidup di luar sana, tapi memutuskan untuk pulang kampung ke Indonesia.
Salah satunya adalah Kuntjoro Pinardi, profesor lulusan Swedia ini memutuskan pulang setelah bertahun-tahun mengabdi di luar negeri.
Kurang lebih 19 tahun Kuntjoro Pinardi melanglang buana meraih pendidikan dan berkarir di luar negeri. Perjalanan ini ia awali dari Universitas Gadjah Mada di tahun 1986 dengan mengambil jurusan Nuclear Engineering.
Dalam sebuah wawancara ia berkelakar bahwa ilmu ini begitu sulit dan ia takkan mengulanginya lagi.
“Ini pelajaran paling susah. Kalau bisa, saya nggak ngulangin lagi sih,” ucapnya.
Di tahun yang sama Kuntjoro kemudian memutuskan untuk belajar ke luar negeri dan pilihannya adalah Delft University of Technology. Jurusan yang ia ambil ketika itu adalah Electrical Engineering.
Perlu diketahui bahwa Delft adalah salah satu kampus terpopuler dunia untuk pembelajaran terkait teknologi. Di kampus tersebut ia sekalian meneruskan untuk mendapatkan gelar master. Ia lulus di tahun 1993.
Kenyang belajar di Belanda, Kuntjoro memutuskan untuk memperdalam keilmuannya di bidang Electrical Engineering dengan mengejar Ph.D di Chalmers University of Technology di Swedia. Kampus ini juga masuk jajaran universitas top untuk ranah teknologi.
Dengan semua gelar dan pengalaman prestisius ini, maka bukan perkara sulit bagi Kuntjoro untuk bisa mendapatkan jalan karir mentereng. Tapi nyatanya hal ini tidak menyilaukannya dan pada akhirnya tetap memilih pulang ke Indonesia.
Di tengah kesuksesan dan jaminan masa depan cerah, tahun 2004 ia justru memilih untuk pulang ke Tanah Air dan bekerja menjadi dosen serta profesional di bidang telekomunikasi dan IT. Ia juga turut andil dalam berbagai proyek teknologi dengan hasil yang baik.
Hal itu pula yang dilakukannya pada tahun 2011, di mana dia mengabdikan diri bersama masyarakat Papua dalam Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), tepatnya di Desa Wehali, Sorong Selatan, Papua Barat.
Menurut dia, mengukur nasionalisme bukan hanya dari perjuangan di medan perang. Di alam merdeka, nasionalisme bisa dilakukan dengan memberikan sumbangsih bagi negara dengan membantu pembangunan.